Find Us On Social Media :

Jangan Keliru, Dexamethasone Bukan Penangkal Corona Tetapi Mengobati Pasien Covid-19 dengan Kondisi Kritis

Dexamethasone

GridHEALTH.id - Belakangan ini, obat dexamethasone disebut-sebut mampu menyembuhkan sebanyak 5.000 pasien di Inggris dari Covid-19.

Bahkan, obat dexamethasone juga saat ini digunakan untuk pengobatan pasien Covid-19 di Arab Saudi.

Dikutip dari drugs.com, dexamethasone merupakan obat yang masuk ke dalam golongan kortikosteroid. Obat dexamethasone digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan seperti gangguan alergi dan kondisi kulit.

Baca Juga: Hasil Pengujian Obat Dexamethasone di Indonesia, Obat yang Berhasil Sembuhkan 5.000 Pasien Covid-19 di Inggris

Selain itu, dexamethasone juga digunakan untuk mengobati kolitis ulserativa, radang sendi, lupus, psoriasis, dan gangguan pernapasan.

Meski dikatakan mampu menyembuhkan dan mengobati pasien Covid-19, namun penggunaan obat dexamethasone tidak bisa dilakukan sembarangan.

Baca Juga: Cukup Gelontorkan Uang Rp 100 Ribu, Seorang Pasien Covid-19 Bisa Sembuh dengan Obat Dexamethasone, Adakah Efek Sampingnya?

Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dexamethasone adalah pengobatan pertama yang terbukti mengurangi angka mortalitas pada pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen atau ventilator.

Lebih lanjut, WHO menegaskan temuan awal ini baru efektif pada pasien Covid-19 dalam kondisi kritis. Sementara, belum terbukti efektif pada pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan.

Senada dengan WHO, Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro juga mengatakan hal yang sama.

Baca Juga: Pilih Merawat Bayi Positif Covid-19 di Rumah hingga Sembuh, Tenaga Medis Sampai Tak Percaya dengan Perubahan yang Dialami Sang Bayi

Reisa menyebut, obat dexamethasone hanya diberikan untuk pasien dalam kondisi berat atau kritis.

Tak hanya itu, pengunaannya pun harus diawasi secara ketat oleh dokter atau ahli.

"Obat ini direkomendasikan untuk kasus konfirmasi positif (Covid-19) yang sakit berat dan kritis, yaitu kasus yang membutuhkan ventilator dan bantuan pernapasan," kata Reisa dalam konferensi pers dari Graha BNPB, Jakarta, Jumat (19/6/2020).

Baca Juga: Update Covid-19; Peneliti di ITB Ciptakan Alat Pembunuh Virus Corona

Hal ini dikarenakan, mengonsumsi obat dexamethasone dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping, seperti reaksi alergi, kejang, sesak napas, sakit kepala, dan lain-lain.

Oleh karenanya, obat dexamethasone diberikan kepada pasien berdasarkan kriteria tertentu.

"Dexamethasone diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan reaksi pasien tersebut terhadap obat," ujar Reisa.

Baca Juga: Amerika Serikat Kritis Covid-19, Kematian Capai 100 Ribu Jiwa, Donald Trump Kukuh Buka Lockdown

"Penderita yang telah mengkonsumsi untuk jangka panjang tidak boleh menghentikan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter. Penggunaan jangka panjang juga ada efek sampingnya," lanjut dia.

Meski diklaim mampu menyembuhkan pasien Covid-19 dengan kondisi kritis, namun Reisa menyebutkan dexamethasone bukanlah obat untuk mencegah virus corona.

Baca Juga: Aman dari Infeksi Virus Corona Saat Beraktivitas di Masa New Normal

"Obat ini tidak mempunyai khasiat pencegahan, ini bukan penangkal Covid-19. Ini bukan vaksin, ini merupakan kombinasi obat-obatan," papar Reisa.

Untuk itu, dalam mencegah terjadinya penularan virus corona tetap disarankan untuk mengindahkan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak.(*)