GridHEALTH.id - Bayiku Meninggal Dunia Oleh Covid-19 Langka, Gabungan Infeksi Corona dan Kawasaki
Cerita ini dituturkan lagsung oleh ibu dari almarhum Alexander Parsons yang berusia delapan bulan.
Bayi Alex yang imut dan lucu itu, saat pandemi Covid-19 melanda, meninggal dunia di pelukan ibunya setelah didiagnosis penyakit langka Kawasaki yang dihubungkan dengan virus corona (Covid-19), pada Mei 2020 lalu.
Baca Juga: Bukan Pakai Kacamata Hiam, Begini Cara Lihat Gerhana Matahari Cincin Tanpa Khawatir Alami Kebutaan
Si munglin Alex, menurut dokter sebagai anak Inggris pertama yang dibunuh oleh PIMS-TS.
PIMS-TS adalah Paediatric Multisystem Inflammatory Syndrome Temporally Associated with Covid-19.
Untuk diketahui, penyakit Kawasaki adalah penyakit peradangan yang dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang pada jantung.
Gejala Kawasaki ternyata mirip Covid-19, tapi pada penderitanya ada ruam di seluruh tubuhnya.
Baca Juga: Cluster Baru DKI Jakarta; 79 Pedagang di 12 Pasar Terinfeksi Virus Corona
Baca Juga: Warga di Ambon Tolak Rapid Test; Kampung Ini Bukan Kampung Virus
Kathryn Rowlands (29), ibunda bayi Alex berharap tidak ada lagi korban lagi seperti anaknya.
Dirinya berharap apa yang dialami dirinya dan Alex bisa menjadi warning bagi semua orangtua.
Supya dikemudian hari tidak ada Alex.. Alex lainnya.
Melansir Intisari.id (21 Juni 2020) dari mirror.co.uk pada Minggu (21/6/2020), pasca cerita bayi Alex viral, 12 anak berhasil diselamatkan setelah orangtua meningkatkan kesadaran mereka tentang penyakit baru yang mematikan terkait dengan Covid-19.
Kerry Postlethwaite (37) termasuk di antara orangtua yang terkejut dengan kisah bayi Alex.
Menurut Kerry, selama dua hari putranya, Joseph (8) jatuh sakit dengan gejala yang mirip seperti bayi Alex.
“Joseph memiliki gejala mirip Covid-19 pada bulan Maret, tetapi gejalanya menghilang," cerita ibu tiga orang anak ini.
Beberapa hari setelah membaca kisah bayi Alex, anaknya menderita batuk dan suhu panas.
Baca Juga: Khawatir Serangan Jantung Usia Muda, Wanita Ini Turunkan Berat Badan Hingga 65 kg! Hasilnya Cantik
Selain itu, anaknya juga secara menderita sakit perut.
"Hari berikutnya Joseph mengalami ruam seperti terbakar matahari. Padahal ketika akan berenang, dia sudah diolesi tabir surya."
Inilah yang membuat Kerry panik.
"Aku langsung menelpon rumah sakit dan memberitahunya gejala Joseph. Mereka langsung tanggap."
Joseph langsung dibawa ke Rumah Sakit Leicester di mana tes mengungkapkan salah satu arteri jantungnya meradang.
Baca Juga: Uu Lala, Benda ini Toh yang Membuat Inces Syahrini Bisa Terlihat Langsing Terus
Baca Juga: Update Covid-19; WARNING!, WHO: Covid-19 Semakin Cepat, Fase Baru Berbahaya
Kerry menambahkan: “Itu mengerikan."
"Joseph mengatakan rasa sakit di jantungnya membuatnya gila. Bahkan dia bertanya kepadaku, apakah dia akan mati."
"Aku mencoba untuk menahan air mata. Aku menciumnya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja."
Pada akhirnya Joseph selamat. Dokter memberinya imunoglobulin, yang membantu menghancurkan virus.
Empat hari kemudian, Joseph diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Kasus anaknya membuat Kerry berterima kasih kepada keluarga bayi Alex.
"Saya akan selamanya berterima kasih kepada keluarga bayi Alex, karena mereka berani membagikan cerita anaknya. Karenanya Joseph bisa selamat."
Dilaporkan pasca kematian bayi Alex, ada 80 anak-anak Inggris berakhir dalam perawatan intensif dengan PIMS-TS
PIMS-TS sama seperti penyakit Kawasaki, di mana penyakit ini membakar pembuluh darah saat sistem kekebalan tubuh mengalami overdrive untuk melawan infeksi Covid-19.
Presiden dari Royal College of Paediatrics and Child Health, Profesor Russell Viner, sangat prihatin dengan munculnya kondisi yang ia tulis kepada NHS England pada hari ketika Alex meninggal.
Peringatan itu juga membantu dokter mendiagnosis Leia Godwin, yang menghabiskan empat minggu di rumah sakit setelah terkena penyakit itu.
Baca Juga: Takut Terinfeksi Virus Corona, Pilih Melahirkan di Rumah, Proses Persalinannya 15 Jam!
Leia yang berusia enam bulan, mengalami suhu tinggi dan ruam, sementara kembarannya, Thea, tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Tapi hasil tes menunjukkan Leia pernah mengalami virus corona.
Kini, para dokter di Rumah Sakit Anak Bahtera Nuh di Cardiff telah mengambil sampel darah untuk melakukan pengujian.
“Leia memiliki ruam pada kakinya dan saya pikir para dokter awalnya berpikir itu adalah meningitis," cerita Hannah Godwin (35) ibu Leia dan Thea.
"Tapi kemudian peringatan kisah bayi Alex dikeluarkan."
"Lalu dokter menghubungkan kasus Leia dengan kasus bayi Alex."
Sebanyak 200 anak-anak Inggris telah mengembangkan kondisi ini.
Imperial College London memeriksa 58 dan menemukan berbagai gejala mulai dari suhu tinggi dan sakit perut hingga konjungtivitis dan peradangan koroner.
Sementara ibu bayi Alex, Kathryn, mengaku bahagia bahwa cerita anaknya bisa menyelamatkan nyawa anak-anak lain.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona