Find Us On Social Media :

Waspada, Penyebaran Virus Corona di Udara Berisiko Terhadap Pengguna Lift

Menghindari paparan virus di dalam lift

GridHEALTH.id - Sejumlah perkantoran di Tanah Air kini kembali beroperasi meski kasus virus corona di Indonesia mengalami peningkatan.

Sebagai upaya mencegah terjadinya penularan virus di perkantoran, tak sedikit perusahaan menyiapkan protokol kesehatan yang lebih ekstra, salah satunya menyediakan alat bantu seperti tusuk gigi untuk memencet tombol di lift.

Baca Juga: Wabah Virus Corona di Singapura, Kondom Digunakan Untuk Tekan Tombol Lift

Seperti diketahui, sebelumnya lift merupakan salah satu tempat di mana banyak orang yang rela berdesakan di dalamnya agar sampai ke lantai gedung yang dituju. Dengan demikian, lift sendiri bisa menjadi hot spot penyebaran Covid-19.

Terlebih saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui bahwa virus corona bisa ditularkan melalui partikel-partikel kecil yang disebut aerosol, dikeluarkan ketika orang bernapas, berbicara atau bernyanyi.

Baca Juga: Update Covid-19; Dr. Anthony Fauci Akhirnya Buka Suara Tegas Menjawab Desakan Ilmuwan Aerobiologi Prihal Penularan Covid-19 Melalui Udara

Beberapa peristiwa supersebar, di mana banyak orang menangkap virus dari satu orang yang terinfeksi, menunjukkan bahwa ruangan tertutup seperti lift yang padat dengan ventilasi yang buruk menghadirkan risiko besar untuk penularan penyakit. 

Atas kondisi ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) berencana untuk mengeluarkan panduan resmi tentang cara naik lift dengan aman saat virus corona masih bersirkulasi.

Langkah-langkah yang direkomendasikan akan mencakup: mengharuskan semua orang dalam lift memakai masker; membatasi jumlah orang dalam lift; menandai jalur di lantai untuk mengarahkan orang masuk dan keluar.

Baca Juga: 12 Tempat Ini Wajib Jalankan Protokol Kesehatan yang Ditetapkan Pemerintah dengan 2 Prinsip Umum

Serta memasang tanda-tanda untuk mengingatkan orang agar "tidak berbicara kecuali harus," papar Nancy Clark Burton, seorang ahli kesehatan industri senior di CDC, dikutip dari Times.

Tak hanya itu, Richard Corsi, dekan teknik dan ilmu komputer di Portland State University dan seorang spesialis dalam kualitas udara dalam ruangan, mengatakan "Mereka harus memberi tanda besar pada lift: 'Jangan Bicara,'".

Baca Juga: Wisata Pantai Dibuka Lagi Maksimal 75 Orang, Paranormal Kondang Ini Berikan Peringatan: 'Sampai Hari Ini Belum Stabil', Kenapa?

Dilansir dari Live Science, pada bulan April, Corsi mengembangkan model komputer untuk mensimulasikan bagaimana orang yang terinfeksi dapat mengkontaminasi lift saat mengendarai antara 10 lantai, dan berapa banyak virus yang tersisa di lift setelah penguna keluar.

Corsi diketahui membagikan hasilnya di Twitter, dan mendiskusikan penelitian tersebut dalam laporan New York Times terkait, yang diterbitkan pada bulan Mei.

"Diakui ketidakpastian yang tinggi di sini, tetapi skenario hipotetis tunggal ini menunjukkan bahwa udara elevator mungkin tetap menular untuk perjalanan di luar pintu keluar infektor," tulisnya dalam tweet.

Baca Juga: Baru Tahu Ada Penambahan Kasus Baru Covid-19, Presiden Jokowi Naik Pitam; Ini Sudah Lampu Merah

Dengan memperhitungkan kecepatan lift standar, sistem ventilasi, dan waktu penutupan pintu, model ini mensimulasikan berapa banyak virus yang akan dikeluarkan dari orang yang kedoknya terbuka yang terbatuk-batuk dan berbicara di telepon seluler selama perjalanan.

Baca Juga: Begini Langkah Pencegahan Penularan Virus Corona yang Melayang di Udara, Tak Cukup Pakai Masker dan Cuci Tangan

Batuk tunggal dapat mengeluarkan beberapa ribu hingga beberapa ratus ribu partikel virus, untuk konteksnya, kata Corsi kepada Times.

Dia memperkirakan bahwa berbicara di telepon akan mengeluarkan sekitar seperlimapuluh jumlah partikel virus per detik dibandingkan dengan batuk ringan, meskipun jumlah itu dapat sangat bervariasi dalam kehidupan nyata, tulisnya dalam sebuah cuitan.

Setelah terkontaminasi, udara di dalam lift bercampur dengan udara di luar ketika pintu lift terbuka dan tertutup, dan penumpang yang terinfeksi keluar.

Model memperkirakan bahwa ketika penumpang kedua masuk ke lift, mereka akan terpapar sekitar 25% partikel virus yang dikeluarkan oleh pengendara yang terinfeksi.

Baca Juga: Zona Hijau Belum Tentu Aman dari Covid-19, Ahli Epidemilogi; Bisa Jadi Imported Case

Persentase ini akan bervariasi tergantung pada lift dan tekanan udara di dalam bangunan yang diberikan. Terlepas dari itu, partikel virus yang tersisa mungkin tidak cukup banyak untuk benar-benar menginfeksi pengguna lift kedua, Corsi memperingatkan.

Baca Juga: Pecah Rekor Positif Covid-19 Tambah 2.657 Kasus, Ahli Sebutkan Faktor Penyebab Penambahan Kasus Baru di Indonesia

Para ilmuwan belum menentukan berapa banyak partikel virus yang harus dihirup seseorang untuk terinfeksi, sehingga kemungkinan menangkap Covid-19 dari potongan virus yang mengambang di lift tidak dapat dihitung secara tepat, katanya.

"Saya tidak tahu apakah dosis dalam lift akan cukup tinggi untuk menimbulkan risiko yang signifikan." kata Corsi.(*)

 #berantasstunting #hadapicorona