Find Us On Social Media :

Ternyata Masalah Air Bersih Jadi Penyebab Covid-19 Makin Mewabah

ilustrasi - sedikitnya persediaan air bersih membuat virus corona menjadi mudah menyebar.

GridHEALTH.id - Ternyata Masalah Air Bersih Jadi Penyebab Covid-19 Makin Mewabah

Penelitian terbaru PBB mengungkap bahwa wabah virus corona semakin meluas diakibatkan masih banyak masyarakat yang kesulitan mendapat air bersih.

Baca Juga: 5 Pegawainya Positif Covid-19, Kantor Berita Antara Disidak Pemprov DKI, Minta Didisinfeksi

Semenjak kemunculannya di akhir tahun 2019 lalu, pandemi virus corona (Covid-19) telah mewabah hampir di seluruh dunia.

Data terbaru Worldometers hingga Selasa 11 Agustus 2020 tercatat ada sebanyak 20,246,580 kasus positif Covid-19 yang terkonfirmasi.

Dimana 738,695 diantaranya meninggal dunia, 13,107,360 telah dinyatakan sembuh, dan sisanya masih harus mendapatkan penanganan medis.

Berbicara mengenai penyebaran virus corona, penelitian terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ternyata menemukan bahwa kurangnya akses menuju air bersih jadi salah satu penyebab kasus infeksi masih terus terjadi sampai saat ini.

Dimana setidaknya dua dari lima orang di dunia ini dilaporkan tidak mampu mengakses air bersih.

Seperti sudah dikampanyekan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak beberapa bulan lalu, mencuci tangan adalah salah satu cara paling efektif untuk membatasi penyebaran virus corona.

Baca Juga: 5 Pegawainya Positif Covid-19, Kantor Berita Antara Disidak Pemprov DKI, Minta Didisinfeksi

Baca Juga: 3 Alasan Kenapa Harus Rutin ke Dokter Gigi, Karang Gigi Bisa Sebabkan Penyakit Jantung dan Paru

Kelompok UN-Water dari PBB mengungkap bahwa saat ini sekitar 3 miliar orang tidak memiliki akses ke air yang mengalir dan sabun di rumah mereka.

Bukan cuma itu, 4 orang lainnya di dunia ini juga mengalami kesulitan air bersih selama satu bulan setiap tahunnya.

"Ini adalah situasi bencana bagi orang yang hidup tanpa akses ke air bersih dan sanitasi yang dikelola dengan aman. Kurangnya perhatian di bidang ini telah membuat miliaran orang rentan dan sekarang kita sedang menghadapi konsekuensinya," ungkap ketua UN-Water, Gilbert F. Houngbo kepada Bloomberg.

Baca Juga: Bosan Belajar di Rumah, Ingin Masuk Sekolah? Penuhi Syarat dari Mendikbud, Anak-anak di China Sudah Bersekolah

Penundaan investasi di bidang sanitasi dan air bersih selama bertahun-tahun membuat banyak orang rentan terinfeksi virus corona. Bahkan bagi mereka yang sudah sembuh pun, poteni tertular kembali masih tetap tinggi.

Houngbo mengatakan bahwa dunia perlu menghabiskan 6,7 triliun dollar untuk membangun infrastruktur air sampai tahun 2030 nanti.

Baca Juga: 3 Cara Ampuh Menghindari Infeksi Virus Corona Saat Menyusui Bayi

Infrastruktur terkait air bersih ini tidak hanya untuk kebutuhan sanitasi, tetapi juga untuk mengatasi masalah jangka panjang dari kasus pandemi semacam ini serta mencegah potensi krisis pangan di masa mendatang.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa perusahaan telah turun tangan untuk menawarkan solusi.

Dari Jepang, ada Lixil Group Corp yang memiliki merek seperti American Standard dan Grohe.

Perusahaan ini bekerja sama dengan UNICEF dan sejumlah mitra lainnya untuk membuat perangkat cuci tangan sederhana yang hanya membutuhkan sedikit air dan mudah dibawa.

Baca Juga: Percaya Herd Immunity, Mendagri Tito Karnavian Optimis Virus Corona Dapat Melemah Sendiri: 'Kita Percaya Tuhan Bisa Menyelesaikannya'

Dengan modal sekitar 1 juta dollar, mereka mampu membuat 500.000 unit perangkat tadi dan disumbangkan ke 2,5 juta orang di India secara gratis sebelum mulai dijual secara resmi.

Langkah ini dinilai sebagai upaya jangka pendek yang cukup baik di tengah hantaman krisis di tengah pandemi.

Meskipun demikian, investasi berkelanjutan dengan nilai besar tetap sangat diperlukan untuk menyalurkan air bersih ke rumah-rumah penduduk.

World Bank turut memberi perhatian pada masalah air bersih ini. Menurutnya, dampak kesalahan pengelolaan ari dirasakan secara tidak proporsional oleh masyarakat miskin.

Baca Juga: Bangga, Peneliti Indonesia Ikut Pembuatan Vaksin Covid-19 Di Inggris

Masyarakat di kelas itu cenderung lebih mengandalkan air tadah hujan yang juga digunakan untuk pertanian. Air yang berisiko terkontaminasi benda asing ini digunakan untuk kebutuhan sanitasi dan pangan.

Masyarakat kurang mampu juga sulit mematuhi aturan pembatasan sosial karena kerap kali berkumpul dan berebut air bersih di sumber air terdekat.

Pada tahun 2050 mendatang, Houngbo memprediksi akan ada 5,7 miliar orang yang tinggal di daerah yang kesulitan air bersih selama satu bulan tiap tahunnya.

Baca Juga: Banyak Orang Mengalami Sakit Gigi Saat Pandemi Covid-19, Ternyata Ini Penyebabnya

Clarissa Brocklehurst, dari Water Institute di University of North Carolina dan mantan ketua urusan air, sanitasi, dan kebersihan di UNICEF, menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah negara-negara akan pentingnya air bersih untuk saat ini dan masa depan.

Di sisi lain, mereka sibuk mengampanyekan budaya cuci tangan yang mungkin sulit dilakukan miliaran orang.

"Mencuci tangan sudah sejak lama saya lihat sebagai sesuatu yang kekanak-kanakan. Tiba-tiba, ini menjadi masalah hidup dan mati, orang-orang dewasa hanya mengajarkan lagu untuk mencuci tangan," ungkap Brocklehurst.(*)

Baca Juga: Kewalahan Tangani Pasien Covid-19, Beberapa Rumah Sakit Tunda Perawatan Kanker hingga Sebabkan 10 Ribu Kematian Pasien Kanker

 #berantasstunting

#hadapicorona