GridHEALTH.id - Hingga saat ini pandemi virus corona (Covid-19) telah menginfeksi setidaknya 20 juta orang di seluruh dunia.
Berdasarkan data terbaru Worldometers, total kasus Covid-19 per Senin 18 Agustus 2020 sebanyak 22,052,928 orang.
Dimana dari total tersebut, 777,479 orang diantaranya telah dinyatakan meninggal dunia.
Berbicara mengenai korban jiwa, tahukah rupanya selain orang yang meninggal akibat Covid-19 ini, banyak juga orang yang meninggal karena dipengaruhi infodemi mengenai penyakit ini.
Infodemi merupakan kelebihan informasi, yang di dalamnya tercampur hoaks dan teori konspirasi tentang Covid-19.
Jika dilihat secara sekilas, infodemi Covid-19 memang tampak tidak berbahaya.
Akan tetapi rupanya sebuah penelitian mengungkapkan bahwa infodemi Covid-19 setidaknya telah menelan 800 korban jiwa di seluruh dunia.
Penelitian ini diketahui telah diterbitkan dalam The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.
Dilansir dari ScienceAlert, Kamis (13/o8/2020), dalam penelitian tersebut, sekelompok peneliti penyakit menular internasional menganalisis berbagai media sosial dan situs berita untuk mengetahui bagaimana misinformasi terkait Covid-19 menyebar di internet.
Secara total, mereka menemukan sekitar 2.300 laporan hoaks dan teori konspirasi Covid-19 dalam 25 bahasa di 87 negara.
Baca Juga: Susul Rusia, China Umumkan Vaksin Covid-19 Pertamanya 'Ad5-nCoV'
Mayoritas disinformasi yang ditemukan sangat tidak membantu, bahkan bisa berbahaya hingga bisa jadi penyebab kematian.
Salah satu contohnya adalah mitos bahwa mengonsumsi alkohol berkonsentrasi tinggi bisa membersihkan tubuh dari virus corona.
Mitos yang tersebar di berbagai negara, termasuk Iran dan Turki, ini menyebabkan 800 orang meninggal dunia, 5.876 harus dirawat di rumah sakit 60 orang menjadi buta setelah mengonsumsi metanol.
Baca Juga: Awas, Berani Melanggar Protokol Covid-19 di Daerah Ini Denda 50 Juta
Hal serupa juga sempat terjadi di Qatar, di mana dua orang pria meninggal dunia karena mengonsumsi disinfektan atau hand sanitizer berbahan alkohol.
Sementara itu, di India, sebuah video yang disebar di media sosial juga mengklaim bahwa meminum alkohol yang terbuat dari biji datura yang beracun bisa meningkatkan imunitas terhadap Covid-19.
Akibat menuruti anjuran dalam video ini, puluhan orang, termasuk lima anak-anak, jatuh sakit.
Bahkan, hoaks yang tampaknya jinak pun bisa jadi berbahaya jika jatuh di tangan yang salah.
Misalnya di Korea Selatan, Dimana sebuah gereja menggunakan botol semprot yang sama untuk menyemprotkan air garam ke mulut para jemaat dalam upaya menangkal virus corona.
Kejadian ini menyebabkan 100 infeksi Covid-19 baru di antara para jemaat gereja.
Di samping klaim-klaim mengenai upaya penyembuhan Covid-19, para peneliti juga menemukan banyak hoaks dan teori konspirasi lainnya.
Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Tangani Covid-19 Menurut Erick Thohir Sudah Tepat, 'Enggak Usah Berdebat Lagi'
Beberapa contoh di antaranya adalah virus corona merupakan sejenis penyakit rabies, virus corona bisa disebarkan lewat ponsel, virus corona adalah senjata biologis yang sengaja direkayasa, virus corona dibuat untuk menjual vaksin dan lain sebagainya.
Para peneliti mengakui bahwa mereka tidak menginvestigasi lebih lanjut tentang seberapa dipercayanya rumor-rumor ini.
Namun, fakta bahwa aneka disinformasi ini bisa beredar dengan bebas di media sosial dan internet menandakan bahayanya sebaran informasi yang salah tentang Covid-19 ini.
Para peneliti menulis, disinformasi yang didorong oleh rumor, stigma dan teori konspirasi bisa memiliki implikasi serius terhadap individu dan komunitas jika diprioritaskan di atas panduan berbasis bukti.
"Agensi-agensi kesehatan harus mengawasi semua informasi terkait Covid-19 secara real time, dan melibatkan komunitas lokal dan pemangku kepentingan di pemerintahan untuk melihat lalu mengekspos informasi yang salah," ujar mereka.(*)
Baca Juga: Meningkatkan Kesuburan Dengan Konsumsi 7 Makanan Ini Agar Cepat Hamil
#berantasstunting #hadapicorona