Find Us On Social Media :

Obat Covid-19 Buatan Unair Diklaim 90 Persen Bunuh Virus Corona, Satgas Covid-19 Sebut Belum Ada Obat untuk Covid-19

Satgas Covid-19 tegaskan belum ada obat untuk menyembuhkan pasien corona meski obat Covid-19 buatan Unair sudah beredar

GridHEALTH.id -  Kabar baik silih berganti di tengah pandemi Covid-19 yag menerpa Tanah Air, seperti baru-baru ini berembus kabar bahwa Indonesia telah menemukan obat Covid-19 buatan anak negeri.

Kabarnya obat anti Covid-19 buatan Universitas Airlangga (Unair) ini ampuh membunuh virus corona hingga lebih dari 90% dalam waktu 3 hari.

Baca Juga: 90 Persen Bunuh Virus Corona, Indonesia Nyatakan Miliki Obat Anti Covid-19 Buatan Universitas Airlangga

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair selaku Ketua Tim Uji Klinis Kombinasi obat anti Covid-19 dr Purwati mengatakan, dari hasil uji klinis, obat tersebut mampu mengobati pasien Covid-19 dengan tingkat keampuhan 90%, kecuali bagi penderita Covid-19 menggunakan ventilator.

"Kemudian yang tidak kalah penting itu adalah PCR, PCR ini negatif dalam 3 hari itu 90 persen. Jadi minimal 90 persen. Ada yang 92, 93, 96, dan 98 persen. Untuk PCR kuantitatif itu ada penurunan jumlah virus secara signifikan," kata Purwati.

Baca Juga: Hampir 150 Ribu Kasus Positif Corona, Satgas Covid-19: 'Kondisi Penanganan di Indonesia Lebih Baik dari Rata-rata Dunia'

Kendati demikian, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, menyampaikan bahwa sampai sekarang, dunia belum menemukan “penawar” atau “obat” untuk Covid-19.

"Ilmuwan dan negara-negara yang ada di dunia terus berlomba untuk menciptakan obat ataupun vaksin guna menyembuhkan Covid-19," ujar Wiku dikutip dari laman covid19.go.id, Kamis (20/8/2020).

Wiku juga menyampaikan bahwa dalam minggu ini, Menteri BUMN Erik Thohir selaku Ketua Pelaksana Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional dan Menteri Luar Negeri sedang melakukan pertemuan dengan Pemerintah Tiongkok.

Baca Juga: Rencana Pembelajaran Tatap Muka di Kalbar Batal, Sejumlah Guru dan Murid Ditemukan Positif Corona

"Untuk membahas hubungan bilateral dalam penangan Covid-19. Salah satunya pembicaraan tentang vaksin, beberapa hal terkait kontribusi alat kesehatan jadi target penguatan kerjasama hubungan bilateral," ujarnya.

Adapun untuk pengobatan saat ini, beberapa obat maupun treatment atau perawatan medis yang sudah ada sebelumnya untuk mengobati penyakit lain, digunakan untuk menangani pasien yang terjangkit Covid-19.

Baca Juga: Penyebaran Covid-19 di Indonesia Sudah Tidak Terkendali, Jauh di Atas Angka WHO

Selain itu ada beberapa treatment atau perawatan medis yang dikembangkan di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia.

"Sebagian menunjukkan efek positif, meskipun juga harus digunakan secara hati-hati sampai dengan dapat betul-betul dapat direkomendasikan aman dan efektif," katanya.

Baca Juga: Tak Tergantung Pada Satu Produsen, Malaysia Siap Bagikan Vaksin Covid-19 Gratis Untuk Semua Warganya

Dalam pengembangan itu, di Indonesia melibatkan 5 asosiasi dokter spesialis, yaitu Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Persatuan Spesialis Dokter Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Persatuan Dokter Spesialis Anastesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) dan Persatuan Dokter Kardiovaskuler (PERKI).

Saat ini kata Wiku, dokter-dokter yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi tersebut telah merekomendasikan beberapa obat diantaranya remdesivir, favipiravir, lovinavir-ritonavir, oseltamivir dan obat-obatan lain untuk menurunkan gejala seperti Paracetamol untuk menurunkan panas atau demam lebih dari 38 derajat celsius. (*)

Baca Juga: Fakta Masker Medis N-95 Sekali Pakai yang Tidak Bisa Ditembus Virus, Bisa Digunakan Kembali dengan Cara Ini

#hadapicorona