Find Us On Social Media :

Jadi Penyakit Penyerta pada Pasien Corona, Ternyata Orang Gemuk Dapat Turunkan Kemampuan Vaksin Covid-19

Orang gemuk dinilai dapat menurunkan kemampuan vaksin Covid-19

GridHEALTH.id - Kegemukan atau obesitas kini disebut-sebut sebagai salah satu penyakit penyerta pada sebagian pasien corona.

Diketahui, orang dengan berat badan berlebih mengalami penurunan fungsi organ paru-paru.

Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Berat Badan Rentan Terinfeksi Virus, Terlebih di Masa Pandemi Covid-19

Pada orang gemuk, sistem pernapasan menjadi lebih berat karena adanya kelebihan beban di sekitar perut.

Namun selain menjadi penyekit penyerta (komorbid) dalam infeksi virus corona, orang gemuk dapat menurunkan kemampuan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Demi Konten Youtube Balita 3 Tahun Oleh Orangtuanya Dibuat Obesitas, Beratnya Kini 30Kg!

Sebuah penelitian dari Universitas North Carolina menyatakan bahwa vaksin Covid-19 tidak mampu diberikan pada pasien corona dengan riwayat obesitas.

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, bukti lain menyatakan bahwa orang gemuk memiliki respons yang tumpul terhadap vaksin umum, pertama kali diamati tahun 1985.

Saat itu, pegawai rumah sakit dengan obesitas menerima vaksin hepatitis B menunjukkan penurunan perlindungan yang signifikan 11 bulan kemudian, yang tidak diamati pada karyawan non-obesitas.

Baca Juga: Tak Terima Divonis Penjara 5,5 Tahun, Penabrak Mati Pejalanan Kaki Berdalih Idap Penyakit Kejiwaan: 'Orang Bipolar Enggak Bisa Ngerem'

Penemuan ini direplikasi dalam studi lanjutan dengan menggunakan jarum yang lebih panjang untuk memastikan vaksin disuntikkan ke otot dan bukan lemak.

Para peneliti menemukan masalah yang serupa dengan vaksin hepatitis A.

Penelitian lain juga menemukan penurunan signifikan dalam perlindungan antibodi yang disebabkan oleh tetanus dan vaksin rabies pada orang obesitas.

Baca Juga: Bima Arya; Kota Bogor Menuju Zona Merah Covid-19, Bayangkan Ada 10 Kasus Positif Per Hari!

"Obesitas adalah masalah global yang serius dan respons imun yang diinduksi vaksin suboptimal yang diamati pada populasi obesitas tidak dapat diabaikan," saran peneliti Mayo Clinic's Vaccine Research Group dalam studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Vaccine.

Tak hanya pada orang gemuk, vaksin ternyata juga kurang efektif saat diberikan pada orang dewasa yang lebih tua.

Oleh sebab itu, orang berusia 65 tahun ke atas yang menerima vaksin influenza tahunan supercharged mengandung jauh lebih banyak antigen virus flu yang digunakan untuk membantu meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh mereka.

"Saya tidak sepenuhnya yakin mengapa kemanjuran vaksin dalam populasi ini belum dilaporkan dengan lebih baik," kata Catherine Andersen, asisten profesor biologi di Fairfield University yang mempelajari penyakit obesitas dan metabolisme.

Baca Juga: Di Masa Pandemi Covid-19 WHO Tak Berkedip Fokus Pada Penyebaran Virus Ebola, Mulai Meluas

Uji klinis yang sedang dilakukan untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin virus corona tidak memiliki pengecualian dan akan mencakup orang-orang dengan obesitas, kata Dr. Larry Corey, dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson, yang mengawasi uji coba fase III yang disponsori oleh Institut Kesehatan Nasional. 

Ilmuwan di bidang imunometabolisme menemukan bahwa obesitas juga menganggu respons sistem kekebalan tubuh.

Menempatkan orang gemuk pada risiko infeksi yang lebih besar dari patogen seperti influenza dan virus corona baru, SARS-CoV-2.

Dalam kasus influenza, obesitas telah muncul sebagai faktor yang membuat vaksinasi pada orang dewasa menjadi lebih sulit dalam melawan infeksi.

Baca Juga: Kurang Sosialisasi Bahaya Susu Kental Manis Bisa Tingkatkan Angka Stunting, di Puskesmas dan Posyandu Edukasinya Harus Berjalan

Vaksin akan memanfaatkan respons peradangan itu, tetapi tes darah menunjukkan bahwa orang gemuk dan orang dengan faktor risiko metabolik terkait, seperti tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar gula darah dapat mengalami keadaan peradangan ringan kronis.

Ilmuwan curiga penyebab munculnya kondisi peradangan kronis ini akibat jaringan adiposa atau lemak di perut, hati, dan organ lain tidak dapat bereaksi.

Sementara mekanisme biologis yang tepat masih diselidiki, peradangan kronis tampaknya menganggu respons kekebalan terhadap vaksin. (*)

Baca Juga: Satgas Covid-19 Akan Buka Bioskop Lagi, Ahli Epidemiologi: 'Tidak Ada Bukti Bioskop Akan Meningkatkan Imunitas'

#hadapicorona