"Ada dua mutan yang berdekatan dan dari peta sebaran di Indonesia, satu-satunya baru di Surabaya," ungkap Ni Nyoman yang juga Wakil Rektor I Unair dikutip dari detik.com, Minggu (30/08/2020).
Mutan ini, ia melanjutkan, posisinya dekat dengan pemotongan purin (enzim protease yang dimiliki sel inang dalam hal ini manusia, tepatnya di sel paru-paru).
Mutan tersebut ada bersama-sama dengan mutan D614G. Dari analisis pendahuluan, mutan baru ini membantu energi antara purin dan spike semakin tinggi. Artinya, purin akan meningkat kemampuannya untuk lebih baik.
Dalam waktu dekat bila analisis telah selesai, Ni Nyoman akan merilis temuannya itu ke dalam jurnal internasional karena temuan ini baru satu-satunya di Surabaya. "Ini menarik apakah dua mutan ini berpengaruh tak cuma ke tingkat kecepatan penyebarannya tapi juga hal lainnya," papar Ni Nyoman.
Khusus untuk virus mutasi corona D614G, di Indonesia sudah terdeteksi sejak April. Hanya saja karena keterbatasan data, mutasi tersebut waktu itu belum dapat dimaknai apa-apa. "Sebulan setelah Indonesia terkonfirmasi ada infeksi Covid-19, mutasi virus sudah ada di Indonesia. Mungkin lebih dulu dari informasi yang ada di Malaysia," ujarnya.
Baca Juga: Kurang Tidur Bisa Berdampak Serius Pada Kesehatan, Ini Cara Agar Tubuh Kembali Bugar
Di Malaysia mutasi corona D614G ini disebut-sebut punya kemampuan menyebar 10 kali lebih cepat. Tapi sejauh ini, kata Ni Nyoman, belum ada kesimpulan apakah mutasi virus G614 berkaitan atau berdampak terhadap tingginya angka kematian pasien Covid-19 atau tidak.
Semula, Prof Ni Nyoman mengaku sempat mengira mutan D614G banyak terjadi di Surabaya mengingat peningkatan angka Covid-19 di Surabaya pada Mei-Juni begitu pesat, bahkan sempat dikategorikan sebagai zona hitam. (*)
#berantasstunting #hadapicorona