Find Us On Social Media :

Professor Nidom Foundation; Virus Corona di Indonesia Sejak Maret 2020, Salah Satu dari 6 Faktanya Disebut Tidak Mematikan

Profesor Nidom

GridHEALTH.id - Fakta virus cona di Indonesia diungkap Professor Nidom Foundation (PNF).

Ada ena fakta yang diungkap. Semuanya membuat kita semua keget bukan kepalang.

Baca Juga: Salah Mengejan Saat Melahirkan Normal Risikonya Pembuluh Darah Pecah, Begini Cara yang Benar

Bahkan Kelompok Penelitian Virus Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) ini menemukan, telah terjadi mutasi virus corona D614G yang sangat berbahaya.

Tahukah jika mutasi D614G adalah jenis virus corona yang 10 kali lebih menular dibanding jenis lain.

Uniknya walau lebih menular, tapi disebut tidak mematikan.

Inilah enam fakta terkait D614G tersebut;

Baca Juga: Penjelasan WHO Perihal Adanya Infeksi Ulang Covid-19 Pada Pasien Sembuh

1. D614G terletak di dalam protein yang membentuk spike

Dilansir Times of India, virus SARS-CoV-2 ini bermutasi dalam jumlah sangat banyak, hingga ribuan.

Salah satunya adalah D614G.

D614G terletak di dalam protein yang membentuk spike - berupa paku di permukaan virus corona - yang bisa menjadi pintu masuk virus membobol sel kita.

Mutasi ini mengubah asam amino pada posisi 614, dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin).

Karenanya disebut D-614-G.

Baca Juga: Ciri Seseorang Terinfeksi Virus Corona di Indonesia, Sesuai Pengalaman Dea yang Awalnya Menyepelekannya

2. Sejak Maret 2020 ada di Indonesia

Tim PNF menganalisis seluruh jenis virus corona di Indonesia.

Nah, dari data sekuens genom virus corona yang dimuat di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), mereka menemukan penyebaran virus corona jenis D614G sudah ada sejak SARS-CoV-2 pertama kali dikonfirmasi di Indonesia.

Baca Juga: Ilmuwan Universitas Airlangga Temukan Lagi Mutasi Virus Corona

Jadi mutasi D614G sudah ada sejak awal virus (corona) itu di Indonesia, sejak Maret 2020.

"Perkiraan saya, sekarang lebih banyak lagi," kata Prof Chairul Anwar Nidom yang merupakan ketua tim riset kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).

3. Antibodi diajak kolaborasi dengan virus corona D614G

Menurut PNF, mutasi virus jenis D614G ada di daerah motif Antibody Dependent Enhancement (ADE).

Baca Juga: Dalam Sebulan Alami Lonjakan Kasus Covid-19 3 Kali Lipat, Pemerintah Depok Terapkan Jam Malam, Paling Akhir Pukul 20.00 WIB

"Yang menjadi pertanyaan tim PNF saat ini, kenapa mutasi itu terjadi pada daerah motif ADE?" ujar Nidom.

ADE merupakan desain atau sistem pertahanan dari sebuah virus ketika menjumpai sebuah antibodi di dalam host.

"Jadi begini, ketika virus (corona) ini mengetahui ada antibodi di dalam tubuh seseorang, maka ADE ini berperan untuk menutup antibodi dan antibodi itu justru akan meningkatkan masuknya virus ke dalam sel," paparnya.

"Jadi antibodi malah diajak kolaborasi dengan virus (corona) itu (agar bisa masuk ke sel)."

Baca Juga: Infeksi Covid-19 Pada Pria dan Wanita Tidak Sama, Seperti Ini Perbedaannya

Nah, di dalam motif ADE tersebut ada jenis virus corona D614G itu tadi.

"Sekarang sedang kami analisis ke mana arah virus kalau ada mutasi itu," ujarnya.

4. D614G umum ada di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Asia

Mutasi D614G merupakan jenis mutasi yang sangat umum ada di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Asia.

Mutasi ini pertama kali dideteksi di Eropa pada bulan Februari.

Baca Juga: Kenakan Masker Saat Olahraga, Asupan Oksigen Berkurang Rusak Sistem Pernapasan? Ini Kata Dokter Reisa

Sejak saat itu, jenis ini menyebar dengan cepat dan luas ke berbagai negara.

Ahli biologi komputasi dan ahli genetik Bette Korber mengatakan dalam papernya, mutasi D614G bisa dikatakan paling dominan di dunia.

Alasannya, penyebarannya 10 kali lipat lebih tinggi dibanding jenis lain.

Dalam risetnya yang terbit bulan Juli, Korber mengatakan D614G mampu mendominasi jenis mutasi virus corona di suatu daerah, meski ada jenis asli virus di sana.

Baca Juga: Misteri Bercak-bercak Merah pada Pipi Bayi Mona Ratuliu dan Penanganannya

5. Mudah menyebar tapi disebut tidak mematikan

Dilansir Reuters, Paul Tambyah yang merupakan konsultan senior di National University of Singapore dan Presiden International Society of Infectious Diseases mengatakan, bukti yang ada menunjukkan D614G di beberapa negara sejalan dengan penurunan tingkat kematian.

Paul menjelaskan, ini artinya mutasi D614G kurang mematikan.

"Mungkin mutasi ini lebih menular, tapi tidak terlalu mematikan," kata Paul Tambyah.

6. Vaksin mungkin tak efektif

Sebagian besar vaksin yang dikembangkan didasarkan pada wilayah spike yang berbeda, sehingga hal ini tidak berdampak pada perkembangannya.

Meski mutasi D614G terjadi pada protein spike, mutasi ini tidak mengubah domain pengikat reseptor (RBD) di ujung protein spike.

Baca Juga: Bukan Malaysia dan Singapura, Mutasi Virus Corona D614G Juga 10 Kali Lipat Menyebar dan Menular di Indonesia, Peneliti: 'Sudah Ada Sejak Maret 2020'

RBD mengikat reseptor ACE2 pada sel manusia. Itu merupakan target utama dari sistem kekebalan.

Sederhananya, mutasi D614G mengubah protein spike, tetapi tidak mengubah bagian RBD yang kritis untuk pengembangan vaksin.

Sebuah studi WHO di China juga menunjukkan bahwa jenis D614G tetap rentan terhadap netralisasi oleh antibodi yang diisolisi dari pasien yang sembuh.

Di sisi lain, vaksin yang dikembangkan saat ini menargetkan protein spike untuk mencegah virus masuk ke sel.

Namun mengingat jenis D614G yang paling dominan di seluruh dominan, para ahli mengatakan satu vaksin mungkin dapat menangani hal ini.(*)

Baca Juga: Kabar Baru dari Ridwan Kamil Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Optimis!

#berantasstunting

#HadapiCorona 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Fakta Mutasi Virus Corona D614G, Paling Menular dan Dominan di Dunia"