Find Us On Social Media :

Fakta Ilmiah Membuktikan Perempuan Lebih Kuat dari Pria Melawan Covid-19

Kekebalan tubuh perempuan lebih kuat hadapi infeksi virus corona dibandingkan pria.

GridHEALTH.id - Di dunia ini hanya ada dua jenis manusia berdasarkan gender dan kelamin, laki-laki dan perempuan.

Nah, laki-laki sering kali dinobatkan secara kultur sebagai pelindung perempuan.

Jadi perempuan oleh kultur ditempatkan dalam posisi yang lemah.

Baca Juga: Penyebaran Virus Corona Makin Meluas, Kemenkes; Masyarakat Tak Perlu Takut Positif Covid-19

Tapi nyatanya, kekuatan perempuan melebihi laki-laki.

Buktinya, banyak perempuan ikut mencari nafkah keluarga, tapi dirinya tetap bertugas menjadi ibu rumah tangga melalukan semua pekerjaan rumah tangga.

Pria sedikit sekali yang rela dan konsisten melakukan hal seperti itu.

Tak hanya itu, bukti lain perempuan lebih kuat dari pria pun belum lama diungkapkan secara ilmiah.

Baca Juga: Belum Ada Rencana Ingin Injak Rem Darurat, Anies Baswedan Nilai Angka Covid-19 di DKI Masih Terkendali

 

Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat, mengamati respons kekebalan tubuh antara pria dan perempuan terhadap virus corona.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada Rabu (26/8/2020) tersebut menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons kekebalan yang lebih kuat terhadap Covid-19 dibandingkan pria.

Selain itu, dijelaskan juga kemungkinan kondisi pria menjadi lebih parah jika terinfeksi penyakit Covid-19.

Sampai sini belum percaya perempuan lebih kuat dari pria?

Baca Juga: Minta Masyarakat Merasa Aman, Jokowi: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Masih Relatif Terkendali

Menurut Akiko Iwasaki, penulis utama studi dan profesor di Universitas Yale Amerika Serikat seperti dikutip dari Aljazeera, (28/2020). "Apa yang kami temukan adalah bahwa pria dan wanita memang mengembangkan berbagai jenis respons kekebalan terhadap Covid-19."

Asal tahu saja, perbedaan tersebut mendasari kerentanan penyakit yang meningkat pada pria.

Baca Juga: Turunkan Risiko Penyakit Jantung, Anak-anak Obesitas Wajib Berjemur di Pagi Hari

Peneliti mengumpulkan sampel test swab hidung, air liur, dan darah dari subyek kontrol, baik dari pasien yang tidak terinfeksi dan pasien dengan Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Yale New Haven Amerika Serikat.

Ditemukan, perempuan meningkatkan respons kekebalan yang lebih kuat yang melibatkan limfosit T, jenis sel darah putih yang dapat mengenali virus dan melawannya.

Bahkan, ini terjadi pada kasus perempuan yang berusia lebih tua.

Di sini embali terbukti jika kekebalan tubuh perempuan lebih tua sekalipun, tetap mengungguli pria, yang lebih muda.

 

Tapi sebaliknya, pria lebih tua mempunyai aktivitas sel T lebih lemah.

Baca Juga: Umi Pipik Istri Almarhum Uje Karena Teledor Ketahuan Derita Tumor, Mengaku Tulang Ekor Patah

Karenanya pria tua, semakin tua semakin lemah respons kekebalannya.

Tak hanya itu, terbukti pria juga menghasilkan lebih banyak sitokin, yaitu protein inflamasi yang membentuk bagian lain dari pertahanan kekebalan alami tubuh.

Namun, kasus Covid-19 yang parah telah dikaitkan dengan badai sitokin, di mana ketika sistem kekebalan bekerja berlebihan.

 

Kondisi ini berbahaya dan berpotensi menyebabkan kematian.

Studi yang dilakukan menemukan bahwa pria menunjukkan konsentrasi sitokin tinggi sejak awal terinfeksi, disertai kecenderungan memiliki kondisi yang parah.

Baca Juga: Sudah Mulai Bekerja Normal? Dokter Sarankan Agar WFO Terhindar dari Virus Corona: 'Tidak Melepas Masker 1 Detik Pun'

 

Penting juga diketahui, melansir dawn.com, secara global kasus kematian akibat Covid-19 pada pria menyumbang angka sekitar 60 persen.

Sejak awal pandemi, sebagian besar negara melaporkan jumlah kematian akibat virus corona lebih banyak terjadi pada pria, terutama dengan usia tua, dibandingkan pada wanita di usia yang sama.

Baca Juga: Jaga Kualitas Asupan Bayi, Ini 3 Ciri-ciri ASI Perah Sudah Basi

Para ahli banyak yang mempunyai asumsi dan pendapat mengenai hal ini.

 

"Satu teori mengatakan bahwa pria lebih cenderung mengambil bagian dalam kebiasaan tidak sehat, yang terkait dengan pengembangan penyakit kronis," tulis Dr Sara Kayat.

Kehadiran kromosom X yang lebih banyak dan hormon pada wanita menjadi alasan kemungkinan yang lain.

Baca Juga: Warga Bogor Bandel, Wakil Wali Kota Bogor Murka, PKL Tak Pakai Masker Berkerumun Saat Jam Malam

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai keterbatasan, salah satunya karena ukuran sampel relatif kecil, dengan total 98 pasien.

Selain itu, rata-rata usia pasien juga tinggi, sekitar 60 tahun.(*)

Baca Juga: RS Mulai Kekurangan Tempat Tidur, Kemenkes Bantah Rumah Sakit Covid-19 Sudah Penuh: 'Kapasitas Dianggap Cukup'

#berantasstunting

#HadapiCorona