Find Us On Social Media :

Bahaya Laten Doomscrolling Saat Pandemi Covid-19, Lebih Menderita dari yang Terinfeksi Virus Corona

Doomscrolling yang dialami bisa membuat penderitanya mengalami OCD.

GridHEALTH.id - Fakta pandemi Covid-19 tak hanya pada kesehatan.

Sektor ekonomi dan juga bisnis, tentunya, ikut kena imbasnya.

Baca Juga: Diterpa Isu Perceraian, Istri Rizki DA Dikabarkan Hamil 4 Bulan, Padahal Butuh Dukungan Lebih dari Suami

Saking banyaknya sektor kehidupan yang terdampak pandemi Covid-19.

Sepertinya semua manusia di muka bumi ini ingin selalu update informasi mengenai pandemi Covid-19, juga virus corona baru ini.

Tapi tahu kah, pandemi Covid-19 ini pun mempunyai bahaya laten, yaitu doomscrolling.

Baca Juga: Anies Baswedan Terus Berupaya Tekan Laju Covid-19 di Ibukota, Kali Ini Tetapkan Tidak Ada Lagi Isolasi Mandiri, Semua Harus di Rumah Sakit

Asal tahu saja seseorang yang terkan atau mengalami doomscrolling, hidupnya bisa lebih merana dari mereka yang terinfeksi Covid-19.

 

Perasaan jenuh yang muncul selama berkegiatan di rumah karena pandemi Covid-19, tanpa disadari memicu fenomena doomscrolling ini.

Apa sih doomscrolling  itu?

Baca Juga: Fakta China Punya 3 Vaksin untuk Kondisi Darurat, Pantas Sukses Hadapi Corona

Melansir Healthlinefenomena doomscrolling menggambarkan perilaku seseorang yang cenderung berselancar di media sosial secara terus-menerus.

Penelurusan di media sosial dalam fenomena tersebut condong pada berita negatif.

Penting dicatat, kondisi ini bisa sangat membuat seseorang menderita.

Baca Juga: Raja Terkaya di Dunia, Pantas Raja Thailand Nyaman Mengkarantina Diri dengan Selirnya di Jerman Saat Pandemi Covid-19

Dsadari atau tidak, lama kelamaan namun pasti, dirinya bisa terganggua secara kejiwaan alias psikis.

"Pandemi ini telah memunculkan kebiasaan buruk banyak orang,salah satunya mengakses berita negatif terus-menerus," ucap psikiater dari NYU Langone Health New York.

Dikutip Kompas.com dari Cleveland Clinic, seorang psikolog klinis bernama Susan Albers menjelaskan yang jadi pemicu doomscrolling.

Baca Juga: Jokowi Sebut Puncak Covid-19 di Indonesia pada September 2020, Dirjen WHO Sebut Pandemi Ini Belum Berakhir

Salah satu yang jadi pemantiknya yaitu dorongan dalam diri seseorang, yang ingin memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan informasi.

"Saat berada dalam suasana hati yang buruk, kita merasa butuh informasi untuk mengonfirmasi perasaan. Membaca berita negatif akan menegaskan kembali perasaan kita," ucap Albers.

Nah, doomscrolling ini muncul di saat seseorang memiliki waktu luang yang cukup banyak.

Sehingga merasa bosan atau jenuh.

Baca Juga: Gegara Monyet Amerika Kembali Kesal Kepada China, Tuding Menimbun Primata Tersebut Untuk Uji Vaksin Covid-19

Padahal membaca berita buruk bisa memicu dampak negatif pada kesehatan mental seseorang.

Doomscrolling faktanya bisa menjadi salah satu adanya gangguan obsesif kompulsif atau OCD.

OCD akan membuat otak terus memikirkan topik serupa yang memicu kebiasaan doomscrolling.

Baca Juga: Bermain Hand Sanitizer, Anak 3 Tahun Terbakar dan Alami Luka Serius

Hal itu dilakukan bisa jadi untuk menekan rasa cemas.

Karenanya, sebaiknya mulai sekarang lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Ini penting, karena doomscrolling ini bisa membawa dampak buruk:

- Serangan panik

- Mengganggu pola tidur

Baca Juga: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 di Indonesia Lebih Baik dari Rata-rata Dunia, 9 Hari Dirawat Sudah Sembuh

- Cemas berlebih

- Meningkatnya kortisol pada tubuh sehingga memicu gangguang fisik dan mental.

Nah, jika sudah mengalaminya, sebainya konsultasi dengan psikolog.(*)

Baca Juga: Beri Pesan Lewat Video, Pengusaha Erwin Aksa Positif Virus Corona

#berantasstunting

#HadapiCorona