Terkadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, namun biasanya menetap.
Gejala lain yang paling sering dikeluhkan yaitu perasaan ‘penuh’ pada telinga yang sakit. Dapat juga ditemukan tinnitus (telinga berbunyi) dan vertigo (pusing berputar) yang bervariasi tingkat keparahannya, kadang kala penurunan pendengaran didahului dengan tinnitus.
Pada pemeriksaan klinis tidak didapatkan kelainan telinga, namun dari pemeriksaan audiometric terdapat penurunan ambang dengar.
Penggunaan steroid intratimpani pada tuli mendadak, pertama kali dilakukan oleh Silverstein pada 1966. Ide dasar penggunaan steroid intratimpani adalah memberikan obat langsung ke organ taret dengan mengurangi paparan sistemik,
Terapi ini termasuk minimal invasive in office procedure tanpa menggunakan anestesia umum.
Target penggunaan steroid intratimpani pada kasus tuli mendadak yaitu;
- Terapi primer, sebagai terapi utama tanpa steroid sistemik
- Terapi adjuvan, bersamaan dengan steroid sistemik
Baca Juga: Patut Ditiru, Kebiasaan Orang Jepang Hingga Bisa Menahan Laju Pandemi Virus Corona
Baca Juga: Derita Tifus Abdominales Saat Hamil, Apa Dampaknya Bagi Ibu dan Janin?
- Terapi penyelamatan (rescue/salvage therapy) setelah steroid sistemik gagal