Untuk diketahui, demensia adalah gejala penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak.
Sementara, demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fungsi otak yang memengaruhi emosi, daya ingat dan pengambilan keputusan seseorang dan biasanya disebut dengan pikun.
Direktur Regional Alheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas ALZI DY Suharya mengatakan, usia merupakan faktor terbesar terkait dengan demensia.
"Golongan lansia memiliki risiko paling tinggi terhadap paparan Covid-19, dengan 86 persen kematian terjadi pada golongan usia 65 tahun ke atas," kata DY dalam diskusi daring bertajuk Mari Berbicara Seputar Demensia, Jumat (4/9/2020).
Baca Juga: Kesaksian Sandiaga Uno Perihal Ganasnya Covid-19 yang Menginfeksi 3 Kawan Dekatnya
Lebih lanjut, DY mengungkapkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini juga membuat banyak orang rentan akan kesepian, kecemasan, dan depresi, tidak terkecuali ODD dan caregivers.
Kasus ODD di Indonesia sendiri, pada 2016 diperkirakan telah ada sekitar 1,2 juta.
Angka ini disebutkan memiliki potensi meningkat menjadi 2 juta orang pada tahun 2030, dan 4 juta orang pada tahun 2050.
Perlakuan yang salah terhadap ODD dapat memperparah kondisi kejiwaan.
Maka dari itu, diperlukan kolaborasi dan kontribusi seluruh pihak termasuk pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup lintas generasi yang lebih sehat.
Baca Juga: 3 Bulan Pulang dari Rumah Sakit, Mantan Pasien Covid-19 Masih Alami Kerusakan Paru-paru
Nah, ada satu hal yang harus kita catat dan perhatika di sini, yang erat kaitannya dengan ODD dan pencegahan infeksi virus corona.
Ternyata kebijakan yang diambil pemerintah mengenai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah transmisi infeksi Covid-19, disadari atau tidak oleh pemerintah, telah memengaruhi kondisi fisik dan mental masyarakat.
Baca Juga: IDI Kembali Berduka, Covid-19 Merenggut Nyawa Guru Besar Unair