Find Us On Social Media :

Vaksin Merah Putih Vs Sinovac dan G42, Asli Indonesia Pengembangannya Sudah Capai 50 Persen

Lembaga Eijkman meneliti dan mengembangkan vaksin Covid-19 merah putih.

GridHEALTH.id - Masyarakat dunia kini sedang menunggu kehadiran vaksin untuk virus corona baru, Covid-19.

Banyak manusia di dunia berharap segera dibuat dan berikan kepada masyarakat dunia.

Supaya dunia kembali normal, tidak lagi dalam kungkungan pandemi Covid-19 yang menyengsarakan, karena membuat banyak orang takut, serba salah, dan hancurnya ekonomi.

Baca Juga: PSBB Ketat Mulai Diberlakukan Senin Pekan Depan di Provinsi DKI Jakarta, Semua Wajib WFH

Indonesia salah satu negara yang sedang getol melakukan uji klinis vaksin dari luar negeri.

Tapi Indonesia pun sedang serius memproduksi vaksin dalam negeri.

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengungkapkan hal ini seusai bertemu Presiden Republik Indonesia kepada wartawan, di Istana Kepresidenan, Bogor, Rabu (9/5/2020).

Menurut Bambang, perkembangan pengembangan Vaksin Merah Putih untuk Covid-19 atau Virus Corona, saat ini pengembangannya sudah capai 50 persen.

Ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2020 ini.

Baca Juga: Manfaat Bersyukur yang Menjadi Kunci Keberhasilan Jakob Oetama Pendiri Kompas Gramedia

Mash dalam kesempatan yang sama, Bambang mengatakan pada akhir tahun, jika memang pengembangannya sudah selesai 100 persen akan lebih dulu diuji coba pada hewan.

"Setelah itu baru diserahkan kepada PT Bio Farma selaku perusahaan yang akan memproduksi vaksin tersebut."

Tentu vaksin ini masih tetap harus melewati uji klinis untuk memastikan aman di tubuh manusia.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Buatan China Tunjukkan Hasil Nyata, Respon Kekebalan Terlihat Lebih Lemah pada Lansia

"Saat ini prosesnya sudah mencapai 50 persen dari tugas lembaga Eijkman mengembangkan bibit vaksin itu di laboratorium," ujar Bambang.

"Targetnya akhir tahun ini uji pada hewan sudah bisa diselesaikan.

"Sehingga awal tahun depan sekitar bulan Januari lembaga Eijkman bisa menyerahkan bibit vaksin tersebut kepada PT Bio Farma untuk kemudian dilakukan formulasi produksi dalam rangka uji klinis," jelasnya.

Baca Juga: Anggota DPR Mulan Jameela Pertanyakan Harga Vaksin Covid-19 Yang Dinilai Mahal ke Erick Tohir, 'Kasihan Rakyat, Pak'

Bambang mengatakan vaksin Merah Putih baru bisa diproduksi ketika sudah melewati uji klinis tahap ketiga.

Baca Juga: Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Hampir Penuh, Pemprov DKI Tambah 800 Tempat Tidur untuk Pasien Corona

Termasuk juga mendapatkan izin dari Badan Peredaran Obat dan Makanan (BPOM).

Bambang pun mengatakan, jika sesuai dengan rencana, maka pada 2021 baru bisa dilakukan produksi masal untuk memenuhi vaksinasi sebanyak 267,7 juta penduduk Indonesia.

Lantaran diakui jumlah tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang, maka pemerintah juga sudah bekerja sama dengan pihak luar.

Baca Juga: Jangan Salah, Aturan Rapid Test Untuk Perjalanan Masih Berlaku

Beberapa di antaranya yakni dari China dan Arab.

"Setelah uji klinis itu selesai dan BPOM menyatakan bahwa vaksin ini aman untuk digunakan dan cocok untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19. Maka akan dilakukan produksi dalam jumlah masal oleh PT Bio Farma juga," katanya.

Di triwulan keempat 2021 vaksin merah putih bisa memproduksi dalam jumlah besar.

Baca Juga: Pendiri Kompas Gramedia Group Jakob Oetama Wafat, Gaya Hidup Sehat yang Selalu Dikenang, Penyuka Tahu Tempe yang Selalu Makan Tepat Waktu

Tentu kehadiran vaksin merah putih karya anak bangsa ini tidak untuk dilombakan dalam hal pemasaran ataupun lainnya dengan vaksin Covid-19 lainnya.

Justru menurut Bambang, nantinya akan melengkapi vaksin Covid-19 yang awalnya akan didatangkan dari kerja sama dengan pihak luar.

"Terutama dengan Sinovac, China dan dengan G42 yang berasal dari UAE," pungkasnya.(*)

Baca Juga: Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama Meninggal Dunia, Dokter: Idap Gangguan Multiorgan, Ini Jenis Penyakitnya

#berantasstunting

#HadapiCorona

Artikel ini sudah tayang di Tribun Wow dengan judul: Pengembangan Vaksin Merah Putih Sudah 50 Persen, Menristek: 2021 Bisa Memproduksi dalam Jumlah Besar