Find Us On Social Media :

Harapan Hidup Pasien Covid-19 yang Memiliki Penyakit Penyerta Kronis

Ilustrasi - Potensi kesembuhan pasien Covid-19 menurut pakar epidemiologi.

GridHEALTH.id - Berbagai penelitian menemukan bahwa pasien positif virus corona (Covid-19) yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) berpeluang besar berakhir fatal bahkan berkahir dengan kematian.

Menurut data dari Center for disease Control and Prevention (CDC), 94 % kasus kematian pasien Covid-19 di Amerika Serikat dikarenakan memiliki komorbid.

Hanya 6 % pasien yang benar-benar meninggal akibat infeksi virus corona.

Adapun beberapa penyakit penyerta yang banyak mendasari pasien meninggal menurut CDC adalah pneumonia, gagal napas, hipertensi, diabetes, demensia vaskular, gagal jantung dan gagal ginjal. 

Melihat data tersebut, muncul pertanyaan seberapa besar potensi kesembuhan pasien Covid-19 dengan komorbid?

Baca Juga: PSBB Total, Keluar Masuk Jakarta Dibatasi Harus Pakai SIKM Lagi? Ini Penjelasan dari Kemenhub

Baca Juga: Alami Meriang hingga Demam saat Menyusui, Zaskia Mecca Beri Semangat Para Ibu Menyusui: 'Wajib Belajar Soal Mastitis'

Pakar epidemiologi Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman menjawab, kondisi pasien Covid-19 memang akan lebih buruk jika memiliki komorbid.

Namun menurutnya, tidak selalu kasus pasien Covid-19 dengan komorbid berakhir dengan kematian.

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh seperti keberadaan badai sitokin, kualitas penanganan pasien di rumah sakit.

Baca Juga: Cara Mengetahui Kondisi Paru-paru Sehat atau Tidak, Ini Kata Ahli

"Orang dengan komorbid ketika terinfeksi, dirawat, ada yang sembuh. Tetap ada yang bisa sembuh," ujar Dicky.

Ia menilai, semakin cepat seseorang yang terinfeksi Covid-19 ditangani, maka potensi kematiannya juga akan semakin mengecil.

"Tapi kalau terlambat terdeteksinya, dan terlambat datang ke rumah sakit, tentu akan memperbesar risiko," ujarnya.

Baca Juga: 2 Artis Cantik Ini Mengalami Nasib Berbeda Karena Keranjingan Sepeda

Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk, pasien Covid-19 yang mempunyai penyakit penyerta sebisa mungkin tetap di rumah dan meminimalisir kontak dengan lingkungan luar.

"Orang dengan komorbid ini kontrol betul penyakitnya," imbau Dicky.

Baca Juga: Jakarta Terapkan PSBB Total, Anies Baswedan Sebut Penerima Bansos Kali Ini Sudah Terdata

Dicky menjelaskan, apabila pasien mengalami diabetes, dapat mengontrolnya dengan memastikan menerapkan pola diet penyakitnya.

Seperti disiplin meminum obat, hingga kontrol atau konsultasi melalui online dengan dokter secara rutin.

Baca Juga: Strategi Xi Jinping Lockdown Kota Wuhan Tuai Pujian, Sukses Kendalikan Covid-19, Bagaimana dengan Jokowi?

Dengan terkendalinya penyakit komorbid tentunya akan mengurangi potensi terinfeksi, termasuk jika menderita sakit kondisinya tidak menjadi terlalu parah.

Bagi masyarakat umum yang merasakan gejala, dapat segera berkonsultasi dengan tenaga medis atau dokter.

Baca Juga: Masker Kain Buatan Indonesia Tembus Hingga Jerman, Sanggup Saring 88 Persen Virus tapi Tidak Bikin Sesak

Dicky menekankan bahwa prinsip yang dianut saat ini bukan hanya masalah kematian akibat Covid-19, namun adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang akibat infeksi virus yang sangat serius pada organ-organ tubuh.

"(Dampaknya) bisa menurunkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia di masa depan. Mencegah lebih baik daripada terinfeksi," tutur dia.(*)

Baca Juga: Penambahan Kasus Terendah di Seluruh Eropa, Swedia Ternyata Tak Pernah Terapkan Lockdown, Ini Rahasia Suksesnya

 #berantasstunting

#hadapicorona