Find Us On Social Media :

Kota Kembang Bandung Berwarna Merah Lagi, Positif Covid-19 Ada di Semua Kecamatan

Kasus Covid-19 ada di semua kecamatan di Bandung.

GridHEALTH.id - Masyarakat di Kota Bandung nampaknya kini harus waspada.

Pasalnya kini semua kecamatan di Kota Bandung dikabarkan sudah menjadi memerah virus corona (Covid-19).

Hal itu diketahui setelah pusat Informasi Covid-19 (Pusicov) Kota Bandung melaporkan 30 kecamatan di Kota Bandung saat ini kembali berwarna merah.

Baca Juga: 5 Masker yang Direkomendasikan WHO Cegah Covid-19, Kain Katun Boleh Scuba Jangan

Menurut Koordinator Bidang Perencanaan, Data, Kajian dan Analisa Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung, Ahyani Raksanagara, di 30 kecamatan tersebut terdapat kasus positif aktif Covid-19, sehingga warnanya kembali merah.

"Kasus tersebar di semua kecamatan. Akan tetapi lebih penting penanganan berskala mikro di kelurahan dan rukun warga dengan mengaktifkan kampung tangguh yang sudah ada di 151 kelurahan," ujar Ahyani, dilansir dari TribunJabar, Selasa (15/9/2020).

Sebelumnya, pada Juli 2020 sudah ada 14 kecamatan di Kota Bandung yang bebas dari kasus positif aktif Covid-19.

Baca Juga: Masker Scuba Memecah Partikel Droplet Menjadi Lebih Kecil, Mudah Melayang di Udara

Saat itu, kasus positif aktif Covid-19 di Kota Bandung sempat tersisa hanya 33 kasus.

Kini, tren penyebaran virus corona kembali tinggi. Hingga 13 September 2020, ada sebanyak 210 kasus positif aktif Covid-19 di Kota Bandung, jumlah tersebut terus bertambah seiring dengan masifnya pengetesan yang dilakukan Dinas Kesehatan.

Menurut Ahyani, kenaikan kasus itu memang terjadi karena pemeriksaan cukup masif dengan melacak orang tanpa gejala.

Dinkes Kota Bandung juga sejauh ini sudah melakukan swab test sebanyak 22.928 pengetesan, atau 0,92 persen dari jumlah penduduk.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Berkepenjangan, Bantuan Sembako Ditiadakan, 2021 Ada Bantuan Rumah

Ahyani mengimbau kepada masyarakat agar konsisten menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak serta tidak berkerumun.

"Pencarian kasus, pengetesan, dan penanganan akan berhasil menahan laju bila ada partisipasi masyarakat dalam disiplin dan pengawasan," katanya.

Sementara itu, meski kini wilayahnya menjadi zona merah Pemerintah Kota Bandung menegaskan lebih memilih meneruskan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang diperketat, ketimbang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca Juga: Hari Kedua PSBB Ketat, Warga Mulai Taat Aturan hingga Jumlah Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Menurun

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, para prinsipnya pelaksanaan PSBB ataupun AKB hampir mirip, yang berbeda hanya soal lokasi titik pengawasannya saja.

"PSBB itu ada titik pemeriksaan di perbatasan, yang diperiksa, kan, enggak jauh dari masker dan suhu. Kami sepakat (AKB) untuk memperketat pemeriksaan masker dan suhu, yang biasa kami lakukan cek poin (saat PSBB), kini jadi langsung di periksa di tempat-tempat yang direlaksasi," ujar Yana, saat ditemui di BIP, Kota Badung, Selasa (15/9/2020).

Selain itu, menurutnya ada konsekuensi yang perlu dipenuhi jika mengambil langkah kembali menerapkan PSBB, salah satunya harus menyiapkan jaring pengaman sosial (JPS) untuk masyarakat yang terdampak karena mobilitasnya terhambat.

Baca Juga: Tips Bagi yang Punya Nyeri Punggung, Cukup Atur Posisi Duduk

"Kan PSBB itu banyak konsekuensi, kami harus izin juga, menyiapkan jaring pengaman sosial, itu kan memerlukan sumber daya juga," katanya.

Saat ini tren penularan Covid-19 di Kota Bandung terus meningkat seiring diberlakukannya AKB.

Pada 23 Agustus 2020, di Kota Bandung tercatat ada 71 kasus positif aktif Covid-19 dan 48 kasus kematian akibat Covid-19.

Baca Juga: Cara Sederhana Menguji Keefektifan Masker Diungkap Peneliti, Buff Paling Buruk Keamanannya

Kini, berdasarkan Pusicov, pada 14 September 2020, tercatat ada 222 kasus positif aktif Covid-19, dengan jumlah kumulatif hampir menyentuh 1.000 kasus.

Menurutnya, langkah Pemkot Bandung untuk memperketat AKB diharapkan dapat menekan kasus Covid-19.

Sebab, kata dia, kunci paling utama meredam penyebaran adalah penggunaan masker dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Baca Juga: Kala PSBB Ketat Bikin Para PKL di DKI Jakarta Menjerit; 'Memang Ada Jaminan Saya Dapat Uang?'

"Karena salah satu kunci menekan penyebaran itu lewat penggunaan masker, insya Allah tidak menularkan dan tidak tertular, kalau itu dilakukan mah seharusnya insya Alah (menurun)," ucapnya.

Diketahui di masa pandemi ini, masker menjadi perlengkapan medis yang harus selalu digunakan setiap keluar dari rumah.

Menurut sfcdcp.org, penggunaan masker berguna untuk mencegah penularan penyakit, mencegah iritasi, mencegah kambuhnya alergi akibat udara, juga melindungi diri dari paparan polusi udara.

Masker juga membantu membatasi penyebaran kuman, bakteri ataupun virus termasuk Covid-19 yang penularannya sulit diprediksi.(*)

Baca Juga: UMKM Jakarta Dapat Bantuan, Anies Baswedan Tegaskan: Tidak Menaikkan Harga Barang selama PSBB Ketat

 #berantasstunting

#hadapicorona