GridHEALTH.id - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan secara ketat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini telah lewat dari seminggu.
PSBB Ketat kali ini memang teras berbeda dengan PSBB di masa awal pandemi Covid-19 dan PSBB transisi.
Kendati demikian, jumlah pelanggar protokol kesehatan pun masih terus bertambah meski berbagai edukasi kerap kali digaungkan.
Terlepas dari itu, seorang pakal epidemiologi Universitas Indonesia Iwan Ariawan menyatakan bahwa PSBB sebenarnya memiliki manfaat untuk mengurangi penularan Covid-19.
Baca Juga: Harga Vaksin Covid-19 Berbeda-beda, Kemenkes Buat Survei Patokan Harga Mulai dari Rp 50 Ribu
"Jadi sebetulnya kalau dari analisa kami dari PSBB lalu manfaatnya banyak karena secara risiko ini kita sudah menurunkan risiko penduduk Indonesia untuk terinfeksi Covid-19 setengahnya. Banyak tuh manfaatnya PSBB yang dulu," kata Iwan dalam sebuah webinar, Minggu (19/9/2020).
Iwan menyatakan bahwa pada bulan April hingga Mei 2020 lalu, penerapan PSBB dinilai sukses karena kasus Covid-19 mengalami penurunan.
"Nah, disini kita lihat bahwa PSBB Jakarta itu termasuk PSBB sukses di mana hampir 60 persen orang nurut diam di rumah saja. Akibatnya apa? Epideminya lumayan terkendali pada saat PSBB," ujarnya.
Namun, lonjakan kasus Covid-19 kembali meningkat pada masa pemberlakukan PSBB transisi, di mana banyak masyarakat yang mulai keluar rumah.
Baca Juga: Breaking News ! Menteri Agama Fachrul Razi Positif Virus Corona
"Penduduk makin banyak bergerak artinya di dalam rumah masih sedikit di dalam rumah dan kasusnya naik. Jadi begitu PSBB dilonggarkan, kasusnya naik. Nah, ini yang menjadi pertanyaan apakah harus PSBB terus, ekonomi akan hancur," ungkapnya.
Lantas, bagaimana dengan kondisi PSBB ketat kali ini?
Iwan menilai jika PSBB akan membuahkan hasil maksimal jika masyarakat mematuhi aturan untuk tetap di rumah saja.
"Sekarang kita lihat, ini kalau kita analisis lebih teliti, kita lihat bahwa pada saat yang di rumah 60 persenan sampai 55 persen itu kasus Covid di Jakarta segitu saja setiap hari (akan) stabil."
"Tapi begitu lebih dari setengah orang itu keluar rumah kasusnya meningkat drastis," terangnya.
Kendati demikian, penerapan PSBB juga membuat sebagian orang kebingungan.
Pasalnya, jika orang tetap di rumah saja dan tidak melakukan kegiatan kerja akan menurunkan kualitas ekonomi.
Baca Juga: Di Indonesia Ada Daerah Sengaja Kurangi Tes Covid-19, Demi Predikat Zona Hijau
Sedangkan jika masyarakat keluar rumah untuk bekerja, risiko penularan Covid-19 akan cenderung meningkat tajam.
"Jadi kita lihat bahwa semakin banyak penduduk bergerak,semakin ekonomi bergerak ini kasus Covid semakin banyak. Nah jadi bingung kan mana yang mau didahulukan?," tandas Iwan. (*)
#hadapicorona