Find Us On Social Media :

Ada 1.515 Klaster Keluarga di DKI Jakarta, Dokter Reisa: 'Ciptakan Suasana Tenang dan Jauhi Sumber Kepanikan'

Dokter Reisa Broto Asmoro berikan saran untuk jauhi kepanikan dalam keluarga

GridHEALTH.id - Klaster keluarga rupanya telah menyumbangkan angka total kasus Covid-19 di Indonesia.

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah mencatat telah menemukan 1.515 klaster keluarga di DKI Jakarta.

Baca Juga: Klaster Keluarga Makin Meningkat, Menteri PPPA: Anggota Keluarga Bisa Dapatkan Tes PCR Gratis, Asalkan ...

Dengan kata lain, ada sebanyak 7.411 orang yang terpapar virus corona dari klaster keluarga tersebut.

"Penularan awal bisa dari bapak, ibu, anak, pembantu dan lain sebagainya," ujar Dewi, Rabu (23/9/2020).

Baca Juga: Saat Haid Dilarang Menggaruk Kulit Karena Bakal Stretch Mark, Ini Penjelasan Ahli

Melihat tingginya hal ini, Dokter Reisa Broto Asmoro dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jumat (25/9/2020) memberikan 5 cara untuk melindungi keluarga dari paparan virus corona.

Pertama, pahami dengan betul cara penularan Covid-19.

Kedua, selalu ikuti protokol kesehatan termasuk protokol kedatangan saat tiba di rumah.

Ketiga, ketaui kondisi kesehatan setiap anggota keluarga di rumah, termasuk kalau ada yang sakit harus memakai masker, dan kalau yang merawat orang yang sakit juga harus memakai masker.

Keempat, pastikan gizi seimbang dan jangan lupa olahraga rutin bersama.

Baca Juga: Hamil saat Pandemi Covid-19, Ibu Hamil Trimester 3 Wajib Jalani Rapid Test hingga Screening Tambahan

Kelima, ciptakan suasana tenang di rumah berantakan dan jauhi sumber kepanikan.

Saat panik, tubuh akan mengalami tekanan dan melepaskan hormon stres yang disebut kortisol.

Berdasarkan laman WebMD, jika kadar hormon kortisol ini meningkat, dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat, kulit yang mudah memar, kelemahan otot, diabetes, dan banyak masalah kesehatan lainnya.

Selain itu, panik atau stres juga dapat menurunkan limfosit tubuh atau sel darah putih yang membantu melawan infeksi.

Semakin rendah tingkat limfosit, semakin berisiko terkena virus, termasuk flu dan pilek biasa.

Baca Juga: Angka Kematian Covid-19 Lebih dari 10 Ribu, Ahli Epidemiologi: Angka Sebenarnya di Lapangan Lebih Tinggi 3 Kali Lipat dari Laporan Pemerintah

Dilansir dari Cleveland Clinis, tingkat panik atau stres yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, bahkan bisa mengarah ke tingkat peradangan yang lebih tinggi.

Dalam jangka panjang, tingkat peradangan yang tinggi mengarah ke sistem kekebalan yang terlalu banyak bekerja dan lelah yang tidak dapat melindungi tubuh dengan baik.

Baca Juga: Siap-siap Pasien Covid-19 Jalani Isolasi Mandiri Berbayar di Hotel, Dinkes DKI: 'Kami Membantu Ekonomi Hotel'

Itulah mengapa setiap orang wajib menguragi kepanikan meski jumlah kasus Covid-19 semakin meningkat setiap harinya. (*)

#hadapicorona