Find Us On Social Media :

Beda dengan Satgas dan IDI, Epidemiolog Ini Tak Terima Demo UU Cipta Kerja Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19: 'Tidak Bisa Faktor Tunggal'

Epidemiolog tak terima demo tolak UU Cipta Kerja jadi penyebab utama lonjakan kasus Covid-19

GridHEALTH.id -  Aksi demo tolak UU Cipta Kerja di berbagai daerah di Tanah Air nyatanya membawa kekhawatiran tersendiri bagi sebagian orang.

Seperti diketahui, demo yang dilakukan di tengah pandemi Covid-19 ini dikhawatirkan menjadi klaster baru Covid-19.

Baca Juga: Demo UU Cipta Kerja Bisa Munculkan Klaster Baru Covid-19, Ahli Epidemiologi: 'Setiap Kerumunan Berpotensi Meningkatkan Kasus'

Bahkan, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 hingga Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memprediksi adanya lonjakan kasus Covid-19 dalam 1-2 minggu ke depan akibat dampak dari demo tersebut.

Namun di balik kekhawatiran tersebut, seorang epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman seakan tak terima jika demo tolak UU Cipta Kerja dijadikan penyebab utama lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Minum 3 Cangkir Kopi Perhari Bisa Membuat Payudara Perempuan Mengecil

"(Kerumunan di unjuk rasa) tidak bisa jadi faktor tunggal karena sebelumnya sudah banyak. Dia akan kontribusi, tentu jangan sampai pemerintah atau publik ini (menilai) gara-gara demo (kasus meningkat), tidak bisa begitu," kata Dicky.

 

Dicky juga menambahkan, ada penyebab lain yang dapat meningkatan kasus Covid-19, yaitu penggunaan gas air mata dalam demo kemarin, Kamis (8/10/2020).

"Semuanya memperburuk penyebaran virus. Selain itu gas air mata juga dapat terkumpul pada masker sehingga menjadi tak tahan untuk dipakai," jelasnya.

Dicky juga menyinggung soal pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dinilai banyak melanggar protokol kesehatan.

Baca Juga: Bisa Deteksi Masalah Kehamilan, Manakah Sebaiknya Bentuk Perut Ibu Hamil, 'B Belly' atau 'D Belly'?

"Seperti rangkaian pilkada yang juga melibatkan banyak massa, kemudian pelonggaran-pelonggaran membuat pembatasan mobilitas masyarakat tidak terlalu signifikan," ujarnya.

"Apa pun itu, baik demo, penggalangan massa, itu sangat berpotensi memicu terjadinya penyebaran yang masif dari Covid-19," sambungnya.

Terlebih, situasi pengendalian pandemi corona di Indonesia saat ini belum terkendali dengan baik.

"Karena kapasitas testing dan tracing-nya yang rendah," ujar dia. 

Dicky menjelaskan, saat demo berlangsung, seluruh mekanisme penularan virus terjadi, seperti terjadi kerumunan, tidak ada jarak sosial, droplet, hingga fomite.

Baca Juga: Cat Dinding dengan Kandungan Super Ion Bisa Mencegah Virus Corona Menempel

"Orang berdekatan, orang berteriak, kemudian juga saling menyentuh, ini banyak terjadi. Akhirnya disadari atau tidak (terjadi) penyebaran dari Covid-19," tutur Dicky. 

Menurut dia, dampak lonjakan penyebaran virus corona dari aksi demontrasi tidak akan terlihat secara langsung dalam waktu dekat.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Lindungi Pengobatan Alternatif dan Paranormal sebagai Jasa Layanan Kesehatan Medis

"Akan terlihat dampaknya ya nanti, 2-3 minggu ke depan. Bukan dalam beberapa hari ini," kata Dicky, dikutip dari Kompas.com. (*)

#hadapicorona