GridHEALTH.id - Obat kuat sering menjadi pilihan terakhir para pria yang mengalami masalah disfungsi ereksi.
Dengan mengonsumsi obat kuat, mereka berpikir setidaknya gairah seksual mereka bisa tersalurkan.
Namun penting diperhatikan, bahwa konsumsi obat kuat ini tidak boleh sembarangan, bahkan harus dengan pengawasan dokter.
Diberitakan sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan meningkatkan pengawasan terhadap obat kuat di Indonesia yang dijual bebas dan terang-terangan, mulai dari kios permanen hingga gerobak di pinggir jalan.
Ini karena kandungan kimia dalam obat kuat, berdasarkan penelitian BPOM, memiliki efek samping yang cukup berbahaya jika sembarangan mengonsumsinya, antara lain seperti sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil.
Seksolog dan spesialis andrologi, Heru Oentoeng, mengatakan, obat-obatan untuk mengatasi disfungsi ereksi memang aman sepanjang dipergunakan di bawah pengawasan dokter, dibeli di tempat yang benar, digunakan sesuai dosis, serta mempertimbangkan kondisi dan keberadaan penyakit lainnya.
Baca Juga: Gangguan Kulit Sering Muncul Pada Penyandang Diabetes, Ternyata Ini Sebabnya
"Yang berbahaya itu jika seseorang termakan mitos obat kuat , membeli obat sembarangan, dan menggunakannya tanpa pengawasan dokter," ujar Heru dikutip dari Kompas.com (06/07/2012).
Jika obat yang dibeli itu palsu, dapat saja mengandung tepung, obat kencing manis, obat hipertensi, ekstasi, dan campuran bahan yang tidak sesuai dengan yang didaftarkan, sehingga berpengaruh pada kesehatan.
"Dampaknya sangat tergantung dengan bahan yang terkandung di dalamnya," ujarnya.
Begitu pula jika obat yang dibeli sembarangan itu mengandung sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil dengan dosis dan campuran tidak sesuai.
Baca Juga: Bercinta Satu Kali Dalam Seminggu Sudah Cukup Bikin Awet Muda
Heru mencontohkan, penderita jantung koroner tidak dapat mengonsumsi campuran obat golongan nitrat dengan vardenafil.
Campuran itu dapat menyebabkan hipotensi atau turun drastisnya tekanan darah yang berbahaya bagi penderita jantung koroner.
Selain itu, terdapat pula orang yang super sensitif dengan obat disfungsi ereksi, sehingga bisa mengalami ereksi terus-menerus selama lebih empat jam karena adanya sumbatan pada pembuluh darah.
Baca Juga: Hari Cuci Tangan Sedunia, Sudah Ditetapkan Jauh Sebelum Pandemi Covid-19, Ini Cara yang Tepat
"Untuk kasus seperti itu harus ditangani dengan operasi pada penis yang berisiko menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di penis. Tetapi, kasus demikian kecil jumlahnya," kata Heru.
Heru mengatakan, harus disamakan terlebih dahulu persepsi masyarakat tentang obat kuat.
Obat-obatan dengan merek dagang cialis dan viagra merupakan obat disfungsi ereksi dan bukan obat kuat.
Apa yang dikenal dengan obat kuat itu sebetulnya dilekatkan pada bahan-bahan untuk meningkatkan stamina tubuh dan kemampuan , misalnya agar lebih lama ereksi.
Baca Juga: Cara Mudah Hindari Infeksi Covid-19, Tips dari CDC Saat di Tempat Makan Umum
"Ada berbagai herbal, termasuk ginseng yang dimitoskan sebagai obat kuat. Namun, herbal-herbal itu fungsinya lebih kearah meyegarkan fisik tubuh, jadi tidak langsung ke soal ereksi," kata Heru.
Menurut Heru, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan herbal itu dapat mengatasi masalah disfungsi ereksi.
Konsumsi herbal murni yang pada dasarnya menyegarkan tubuh itu, seharusnya tidak berbahaya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jangan Sembarangan Konsumsi Obat Kuat