GridHEALTH.id - Disadari atau tidak pandemi Covid-19 menyita perhatian dunia secara menyeluruh.
Pandemi Covid-19 ini benar-benar membuat banyak mata dan perhatian hanya tertuju padanya.
Padahal isteri dan masalah penyakit juga kesehatan lainnya yang masih menjadi momok dan menakutan di dunia ini tidak hanya infeksi virus corona.
Contoh, kasus Tuberkulosis alias TBC. Obatnya juda ada, cara menghindarinya sudah diketahui, malah vaksinnya sudah ditemukan, tapi tetap saja masih menjadi hantu mengerikan karena kasus kematiannya.
Sedihnya, masalah penyakit TBC ini seperti terkesampingkan karena Covid-19.
Baca Juga: Beredar Kabar Presiden China Batuk Hebat dan Positif Covid-19, Ini Buktinya
Karenanya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir mengenai hal ini.
Sampai-sampai WHO mengingatkan tentang kemungkinan peningkatan drastis kematian akibat tuberkulosis (TBC) di tahun-tahun mendatang, sebagai akibat dari gangguan yang disebabkan pandemi virus corona.
Ditambah lagi, adanya kekurangan dana dalam upaya global untuk memerangi penyakit TBC.
Mengenai TBC, WHO menyoroti pengurangan yang signifikan dalam pelaporan dan pemantauan kasus TBC baru pada paruh pertama 2020.
Asal tahu saja, ada tiga negara dengan beban tinggi kasus TBC.
Negara tersebut adalah India, Indonesia dan Filipina, yang melaporkan penurunan antara 25% dan 30% dalam pemberitahuan TBC selama enam bulan pertama tahun ini atau hingga Juni 2020, dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Survei : Warga Pilih Vaksin Covid-19 Merah Putih Produksi Indonesia Dibanding Sinovac Buatan Cina
Padahal tiga negara tersebut, termasuk negara dengan angka kasus virus corona tinggi di dunia.
“Pengurangan dalam pemberitahuan kasus ini dapat menyebabkan peningkatan dramatis dalam kematian TBC,” tulis laporan WHO seperti dikutip Al Jazeera.
Padahal TBC penyakit menular paling mematikan di dunia, yang diakibatkan oleh bakteri yang paling sering menyerang paru-paru, dan dapat menyebar dengan mudah.
Untuk diketahui, antara 2018 hingga 2-19 diperkirakan ada 14 juta orang dirawat karena TBC.
Baca Juga: Tempe yang Dibungkus Daun Pisang Mengandung Bakteri Jahat Merugikan
14 juta orang tersebut sebenarnya hanya mewakili sekitar sepertiga dari 40 juta penderita TBC yang diharapkan dapat diobati oleh badan PBB pada tahun 2022.
WHO mencatat, meskipun kejadian TBC turun 9% antara 2015 dan 2019 dan kematian menurun sebesar 14% selama periode yang sama, akan tetapi lebih dari 1,4 juta orang meninggal dunia akibat TBC pada 2019.
Nah, saat ini gegara pandemi Covid-19, menghambat upaya melawan TBC.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Bio Farma Sedang Diaudit BPOM Hingg ke China, Juga Oleh LP POM MUI
Baca Juga: Bisa Jadi Tanda Bahaya, Begini Cara Mengatasi Sering Pipis saat Hamil Muda
“Pandemi corona mengancam penurunan kasus TBC yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Untuk hal terseut, “Tindakan yang dipercepat sangat dibutuhkan di seluruh dunia jika kita ingin memenuhi target kita,” papar Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Namun masalahnya, jelas WHO, tantangan paling mendesak dalam memerangi TBC adalah pendanaan.
Baca Juga: Pentingnya Tekan Risiko Hipertensi di Masa Pandemi Dengan Rutin Periksa Tekanan Darah di Rumah
Tahun ini, dana yang terkumpul untuk pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan TBC hanya mencapai US$ 6,5 miliar secara global.
Ini hanya setengah dari target US$ 13 miliar yang disepakati oleh para pemimpin dunia dalam Deklarasi Politik PBB melawan TBC.
Baca Juga: 6 Makanan Alami yang Meredakan Pendarahan Berlebih Saat Haid
Tanpa tindakan dan investasi yang mendesak, target global untuk pencegahan dan pengobatan TBC kemungkinan besar akan sulit sekali diwujudkan.
Padahal TBC dapat dicegah dan disembuhkan.
Buktinya, seperti disebutkan WHO, sekitar 85% dari mereka yang terinfeksi TBC berhasil diobati dengan rejimen obat selama enam bulan. Dengan catatan konsiste dan kontiniu dalam pengobatannya.
Baca Juga: Kabar Gembira untuk Kita Semua, Kulit Manggis Dipercaya Ampuh Tangkal Virus Corona
"Sejak 2000, pengobatan TBC telah mencegah lebih dari 60 juta kematian," kata Tedros.
Baca Juga: Gangguan Kulit Sering Muncul Pada Penyandang Diabetes, Ternyata Ini Sebabnya
Oleh karena kondisi dan kenyataannya saat ini seperti itu, Doctors Without Borders (MSF) kecewa melihat bahwa pemerintah di seluruh dunia tidak berada di jalur yang tepat, untuk mencapai tujuan pengujian dan pengobatan penyakit TBC.
Penting diingat, papar Sharonann Lynch, penasihat senior MSF untuk TBC dan HIV-AIDS, “TBC tetap menjadi beban sepanjang sejarah manusia, jadi belum saatnya pemerintah menjadi lebih serius dalam menangani penyakit mematikan ini.”(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Peringatan WHO: Kasus kematian akibat TBC bisa naik drastis di tahun mendatang"