Find Us On Social Media :

Setahun Memerintah, Wapres Ma'ruf Amin Keluhkan Pencegahan Stunting di Indonesia; 'Belum Konvergen'

Wapres Ma'ruf Amin keluhkan persoalan penanganan stunting di Indonesia.

GridHEALTH.id - Setahun sudah Ma'ruf Amin menjabat sebagai Wakil Presiden, membantu Presiden Joko Widodo membangun Indonesia.

Sebagai Wapres Ma'ruf diketahui lebih banyak menangani pengembangan ekonomi syariah dan persoalan kesehatan khusus stunting.

Khusus soal stunting, Ma'ruf mengatakan sudah banyak program dan kegiatan yang dibiayai berbagai sumber anggaran untuk pencegahan stunting yang ditujukan untuk satu daerah sampai tingkat desa.

Bahkan, kata dia, dana desa yang dikelola pemerintah desa pun sudah banyak yang mengalokasikan anggaran untuk pencegahan stunting.

Sayang dalam pelaksanaannya, seringkali tidak semua program yang digagas dilaksanakan oleh wilayah-wilayah tersebut.

Keluhannya ini pun disampaikan langsung Ma'ruf dalam Rapat Koordinasi Teknis Nasional Percepatan Pencegahan Stunting secara daring, Rabu (21/10/2020).

"Seringkali satu wilayah atau desa, menerima satu program dari satu kementerian yang fokus pada intervensi gizi spesifik, tetapi tidak menerima program dari kementerian lainnya yang fokus pada intervensi gizi sensitif," kata dia.

Baca Juga: Klaim Biaya Perawatan Pasien Covid-19 Belum Cair, Rumah Sakit Swasta Pasrah Harus Pinjam ke Bank

Baca Juga: Hari Ini Bioskop di DKI Jakarta Resmi Beroperasi Kembali, Begini 10 Protokol Kesehatan Wajib Dipatuhi

Diketahui selamai ini penanganan stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, sedangkan intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung seperti penyediaan air bersih dan sanitasi.

Menurut berbagai literatur, kata Ma'ruf, intervensi gizi sensitif memiliki peran lebih besar yakni sebanyak 70 % dalam upaya penurunan stunting.

Baca Juga: 4 Tanda Tubuh Sedang Kekurangan Vitamin D, Akibatnya Bisa Rentan Terkena Covid-19

Oleh karena itu, Ma'ruf pun berharap agar dilakukan konvergensi atau penyatuan berbagai program sebagai upaya memastikan program-program intervensi yang dapat diterima dan dimanfaatkan di satu wilayah.

"Tujuannya agar masing-masing program bersinergi untuk penurunan prevalensi stunting. Hal ini diperlukan karena sesungguhnya sebagian besar program intervensi tersebut telah tersedia tetapi belum konvergen (memusat)," kata dia.

Ma'ruf mengatakan, penurunan prevalensi stunting akan efektif apabila suatu wilayah menerima keseluruhan program tersebut.

Walaupun diakuinya bahwa dalam mewujudkannya sulit sehingga dibutuhkan kerja keras dari seluruh pihak.

Baca Juga: Ternyata Bibit Vaksin Merah Putih Baru Tersedia Awal Tahun Depan!

Saat ini, menurut Ma'ruf, di tingkat pusat terdapat 23 kementerian/lembaga yang terlibat dalam program pencegahan stunting dengan program dan anggarannya masing-masing.

Dengan demikian, ia pun meminta agar seluruh pihak yang terlibat dalam program pengentasan stunting tidak egois.

"Setiap lembaga yang terlibat diminta untuk menghilangkan ego sektoral, karena konvergensi membutuhkan kerja sama antar pihak," pungkasnya.

Baca Juga: Waspada Diprank Test Pack, Bisa Bikin Baper, Tidak Ada Pembuahan Dideteksi Hamil

Sementara itu, diketahui angka prevalensi stunting terakhir di Indonesia menunjukan sebesar 27,67 %.

Angka tersebut tentunya masih di atas yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 20 %.

Perlu diketahui stunting sendiri merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Baca Juga: Berkah Covid-19, Baru 14 Tahun Remaja Ini Dihadiahi Rp 366 Juta Usai Ikut Meneliti Covid-19

Menurut WHO, anak dianggap mengalami stunting jika tinggi badan mereka lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Selain memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, stunting juga berimbas pada prestasi akademik anak.

Baca Juga: Beda Pendapat Menkes Terawan Soal Rumah Sakit 'Covidkan' Pasien Meninggal; 'Nda Ada Seperti Itu'

World Health Organization, stunting dapat menyebabkan perkembangan kognitif atau kecerdasan, motorik, dan verbal berkembang secara tidak optimal, peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, peningkatan biaya kesehatan, serta peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.

Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di suatu negara.(*)

Baca Juga: Takut Ada Klaster Baru Covid-19 dari Libur Panjang Akhir Pekan, Epidemiolog: 'Ujian Berikutnya untuk Kita'

 #berantasstunting #hadapicorona