Find Us On Social Media :

Inilah Alasan Mengapa Indonesia 'Buru-buru' Beli Vaksin Covid-19 dari China Menurut Ahli Biologi Molekuler

Ahli biologi beberkan kenapa Indonesia terkesan buru-buru lakukan vaksinasi Covid-19.

GridHEALTH.id - Vaksinasi virus corona (Covid-19) di Indonesia rencanya akan dimulai bulan November ini.

Akan tetapi vaksin yang digunakan bukan vaksin yang tengah dikembangkan di tanah air melainkan dari beberapa perusahaan vaksin di China.

Baca Juga: Sudah 7 Bulan Lebih, Pemeriksaan Spesimen Covid-19 di Indonesia Belum Juga Mencapai Target WHO

Ketiga vaksin China tersebut di antaranya Sinovac, Sinopharm dan CanSino. Ketiganya disebut telah menyelesaikan uji klinis fase 3 di sejumlah negara.

"Bahkan, vaksin ini sudah digunakan di negara asalnya," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto, Senin (19/10/2020).

Diketahui vaksin sendiri merupakan produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.

Menurut NHS vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.

Baca Juga: Usai Disuntik Vaksin, Puluhan Warga Korea Selatan Dikabarkan Meninggal Dunia

Lebih lanjut, Yuri mengatakan Indonesia tengah melakukan tahap finalisasi pembelian tiga vaksin corona dari beberapa perusahaan vaksin di China tersebut.

Tim finalisasi pembelian vaksin itu terdiri dari Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Kementerian Maritim dan Investasi, Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan BPOM.

Baca Juga: Sudah 7 Bulan Lebih, Pemeriksaan Spesimen Covid-19 di Indonesia Belum Juga Mencapai Target WHO

Baca Juga: Usai Disuntik Vaksin, Puluhan Warga Korea Selatan Dikabarkan Meninggal Dunia

"Tujuannya, kita mencari vaksin yang bisa digunakan secara aman untuk penduduk kita. Aman dalam dua perspektif, dari sisi manfaat terhadap pencegahan untuk menjadi sakit karena Covid dan aman dari sisi kehalalan," jelas Yuri.

Dari ketiga vaksin corona China yang melakukan uji klinis yang dilakukan di luar negara asalnya, salah satunya Sinovac dilakukan di Indonesia.

Vaksin Sinovac, kata Yuri, telah menyelesaikan uji klinis fase 3, selain di China juga di Brasil.

Baca Juga: 5 Kesalahan Sehingga Hand Sanitizer Tidak Efektif Basmi Virus Corona, Salah Satunya Telapak Tangan Kotor

"Sedangkan di Indonesia, baru akan selesai pada Desember ini, yang dilaksanakan di Bandung oleh Bio Farma dan Unpad (Universitas Padjajaran)," ungkap Yuri.

Menyoroti terkait pembelian vaksin tersebut, sementara uji klinis fase tiga belum selesai di Indonesia, ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo angkat bicara.

"Ada beberapa alasan kenapa dalam tanda kutip (pembelian vaksin) terburu-buru. Sebab, kita berhadapan dengan kondisi di mana permintaan vaksin lebih banyak daripada produsen vaksin," kata Ahmad dilansir Kompas.com, Senin (19/10/2020).

Baca Juga: 4 Tips Membuat Tubuh Awet Seksi di Usia 50 Tahun, Salah Satu Rahasianya Mengonsumsi Biji Rami

Ahmad mengatakan secara global untuk waktu yang sangat singkat, tidak mungkin bisa memvaksinasi semua orang.

Sebab, permintaan vaksin untuk melawan Covid-19 sangat tinggi, sementara suplainya rendah.

"Tentu secara market harga (vaksin) mahal. Berarti kita ingin mendapat bagian. Jangan sampai kehabisan, maka kita beli dulu," ungkap Ahmad.

Baca Juga: 5 Sumber Kalsium Selain Susu, Mudah Didapat dan Tinggi Kandungan Kalsiumnya

Kendati demikian, Ahmad mengingatkan ada risiko yang harus dihadapi dengan rencana pembelian vaksin tersebut.

Sebab, salah satu vaksin Covid-19, Sinovac, yang fase 3 diuji klinis Indonesia belum selesai.

"Kalau yang dibeli itu (vaksin Covid-19) efektif, maka tidak masalah. Tetapi, bagaimana kalau tidak efektif," kata Ahmad.

Baca Juga: Wanita 4 Kali Lipat Rentan Terkena Osteoporosis, Inilah 5 Cara Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan Tulang

Ahmad menjelaskan, vaksin mungkin bisa menghentikan infeksi virus corona yang saat ini menjadi pandemi global yang mengakibatkan jutaan orang terinfeksi Covid-19.

"Karena saking efektifnya, bisa saja orang akan kembali hidup normal. Namun, kemungkinan lain, vaksin tidak bisa menghentikan penularan," ungkap Ahmad.

Kendati demikian, lanjut Ahmad, saat virus corona masuk ke dalam tubuh orang yang telah menerima vaksin, maka virus tidak bisa menimbulkan penyakit.

"Karena mekanismenya, sel imun telah membentuk antibodi dan sel T di dalam tubuh untuk melawan virus yang masuk," jelas Ahmad.

Baca Juga: Batal! Tak Ada Vaksinasi Covid-19 pada November 2020, Airlangga Hartarto: 'Ini Hanya Persiapan'

Lebih lanjut Ahmad memaparkan sejauh ini belum ada data hasil uji klinis yang disampaikan oleh ketiga produsen vaksin virus corona asal China.

Sehingga, analisis data yang bisa dilakukan para ahli maupun ilmuwan cukup sulit dilakukan.

Oleh sebab itu, Ahmad berharap BPOM bisa menyampaikan hasil uji klinis terkait ketiga vaksin tersebut.

"Walaupun vaksin Covid-19 ini sudah dibeli dan distok, tetapi secara regulasi tidak bisa langsung diberikan atau divaksinasikan, sebelum ada lampu hijau dari BPOM. Karena BPOM adalah garda terakhir," jelas Ahmad. (*)

 Baca Juga: Luhut Beri Peringatan Menkes Terawan dan Jajarannya Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Empat Provinsi; 'Tolong Lihat'

 #berantasstunting

#hadapicorona