Kryger menyamakan dampak psikologis dengan gangguan stres pascatrauma, tetapi dengan gejala yang berbeda, bahkan pada beberapa orang terlihat lebih berat.
Beberapa penyintas Covid-19 bangun dengan sesak napas dan kekurangan oksigen dalam darah, yang menunjukkan gejala pernapasan kronis setelah penyakit awal. Yang lain tampaknya telah mengembangkan kelainan pada sistem saraf pusat mereka.
"Saya pikir apa yang mereka alami adalah masalah dalam cara otak mereka mengontrol pernapasan mereka saat tidur.
Pada pasien tersebut, virus telah mengganggu kontrol pernapasan normal. Kita belum memiliki cukup literatur medis untuk memahami apa yang terjadi dengan pasien ini," katanya.
Selama krisis saat ini, para dokter telah menemukan bahwa selain merusak paru-paru, virus corona baru juga dapat berdampak pada jantung, ginjal, otak, sistem saraf, dan sistem pembuluh darah. Jika hal itu memengaruhi tidur, seluruh hidup seseorang dapat terganggu.
Salah satu penyintas di Boston yang bernama Franco (37) yang sembuh pada bulan Maret lalu mengatakan, ia melacak kadar oksigen darahnya selama berbulan-bulan karena malam-malam menakutkan yang dia alami selama perjalanan awal penyakitnya.
Baca Juga: Risiko Stroke Muncul Bila Minum Obat Pengencer Darah Setiap Hari
Baca Juga: Tak Cuma Buat Sesajen, Kemenyan Ternyata Bisa Menyembuhkan Borok Luka
"Ketika saya tertidur atau mulai tertidur, saya merasa seperti berhenti bernapas dan tubuh saya akan bangun dan saya terengah-engah. Rasanya seperti tenggelam, itu menakutkan," kenang Franco. (*)