Disebutkan, ketepatan diagnosis dalam kelompok responden mencapai 94,2%. Artinya, setiap responden ke-20 mendapat hasil positif yang keliru.
“Pada responden yang tidak menunjukkan gejala covid-19 atau asimptomatik, sensitivitas mencapai 100% dengan ketepatan 83,2 %.
Artinya, setiap kasus Covid-19 yang tidak terlacak, didiagnosis dengan tepat. Tapi sekitar 20% responden mendapat diagnosis keliru," ungkap laporan itu.
Baca Juga: 5 Resep Alami India untuk Detoks Paru-paru, Tingkatkan Fungsi Paru Hingga Halau Infeksi
Para peneliti mengakui, ketepatan diagnosa masih harus diperbaiki, agar aplikasi semacam itu bisa digunakan dalam terapan praktis.
Pasalnya, jika aplikasi smartphone semacam itu dirilis, akan sangat banyak orang memanfaatkannya sebagai alat tes harian.
Angka ketepatan diagnosis kemungkinan bisa terus diperbaiki, jika semakin banyak data dianalisa oleh komputer, dan secara masinal kecerdasan buatan makin akurat mengenali biomarker batuk.
Baca Juga: WHO Merencanakan Skema Asuransi Vaksin Covid-19 Untuk Negara Miskin