Find Us On Social Media :

Waduh, Hasil Studi Baru Tentang Virus Corona Menyimpulkan, Kucing Menjadi Pembawa SARS-CoV-2

Serem, kucing ternyata menjadi pembawa virus SARS-CoV-2 menurut sebuah hasil studi terbaru di Amerika Serikat.

GridHEALTH.id - Ternyata ada beberapa hewan penularan virus SARS-CoV-2, yang saat ini tengah membuat dunia mengalami masa pandemi.

Hal itu dibuktikan oleh kolaborasi studi yang dilakukan para peneliti di Kansas State University, yang menemukan adanya penularan virus SARS-CoV-2 pada kucing domestik dan babi.

Baca Juga: Vaksin Moderna Dianggap Cocok Dipakai di Negara Asia Ketimbang Pfizer

Melansir Science Daily (19 November 2020), temuan tersebut menyimpulkan kucing domestik atau kucing lokal dapat menjadi pembawa SARS-CoV-2 tanpa gejala, dan babi tidak mungkin menjadi pembawa virus yang signifikan.

Fajta lainnya, "Penelitian lain menunjukkan bahwa pasien manusia yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan virus SARS-CoV-2 ke kucing, termasuk kucing lokal, bahkan spesies kucing besar seperti singa dan harimau," kata Jurgen A. Richt, profesor dari Regents di Kansas State University di College of Veterinary Medicine.

Baca Juga: 3 Resep Mujarab Tenaga Kesehatan Indonesia Sembuhkan Pasien Covid-19

Menurut Richt, yang juga penulis senior pada dua studi kolaboratif yang telah diterbitkan di jurnal Emerging Microbes and Infection, penemuan dari hasil studi ini sangat penting, karena menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan hewan peliharaan terhadap potensi penularan virus corona.

Padahal, di Amerika Serikat ada sekitar 95 juta kucing peliharaan (kucing rumahan) dan sekitar 60 juta hingga 100 juta kucing liar. Bagaimana dengan di Indonesia?

Baca Juga: 8 Bulan Pandemi Covid-19, Virus Corona Punya Banyak Titik Kelemahan

Penting juga diketahui, bersama peneliti di K-State Biosecurity Research Institute, atau BRI, para peneliti ini menemukan bahwa kucing domestik mungkin tidak memiliki tanda klinis SARS-CoV-2 yang jelas.

Namun kucing-kucing tersebut dapat menularkan virus corona baru melalui rongga hidung, mulut, rektal, dan secara efisien dapat menulari kucing lain dalam dua hari.

Baca Juga: Mengenal Darah Haid, Mengapa Ada yang Encer, Kental Atau Berlendir?

Hasil studi ini memang mengagetkan banyak pihak, dan cukup menakutkan.

Tapi, studi lebih lanjut tetap diperlukan untuk mempelajari apakah kucing domestik dapat menyebarkan virus ke hewan dan manusia lain.

"Efisiensi penularan antara kucing domestik menunjukkan secara signifikan perlunya menyelidiki rantai penularan antara manusia-kucing-manusia yang potensial terjadi," kata Richt.

Baca Juga: PSBB Dianggap Gagal, Pemprov DKI Jakarta Malah Dapat Penghargaan atas Penanganan Covid-19

Sedangkan analisis studi pada babi, peneliti menemukan bahwa babi yang terinfeksi SARS-CoV-2 tidak rentan terhadap infeksi tersebut dan tampaknya tidak menularkan virus tersebut ke hewan lain.

"Babi memainkan peran penting dalam pertanian di AS, yang membuatnya sangat penting untuk menentukan potensi kerentanan terhadap SARS-CoV-2. Hasilnya babi tidak mungkin menjadi pembawa virus tersebut," imbuh direktur Center of Excellence for Emerging and Zoonotic Animal Diseases di universitas tersebut.

Baca Juga: Fakta, Sinar Matahari Ternyata Bisa Meningkatkan Peluang Kehamilan

Richt dan timnya berencana untuk melakukan studi lebih lanjut untuk lebih memahami penularan virus corona pada kucing dan babi.

Selain itu, mereka juga berencana untuk mempelajari apakah kucing kebal terhadap infeksi ulang dari virus penyebab Covid-19, setelah kucing pulih dari infeksi primer SARS-CoV-2.

Baca Juga: Ketua Tim Penanggulangan Covid-19 PB IDI Meninggal Dunia usai 15 Hari Jalani Isolasi

Richt menegaskan studi tentang penularan virus SARS-CoV-2 pada kucing dan babi sangat penting untuk menilai risiko hingga penerapan strategi mitigasi untuk mengatasi masalah kesejahteraan hewan, serta manfaat lain dalam mengevaluasi calon obat dan vaksin Covid-19.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Daripada Babi, Penularan Virus SARS-CoV-2 Lebih Rentan pada Kucing, Kok Bisa?"