GridHEALTH.id - Hari ini awal hari di 2021. Walau di tahun baru, kita masih dalam suasana lama, suasana mencekam akibat pandemi Covid-19.
Kasus postif dan kematian akibat Covid-19 masih tinggi, obatnya belum ditemukan, vaksinnya belum juga sebar luaskan ke masyarakat.
Belum lagi akibat pandemi Covid-19, banyak sektor ekonomi, bisnis, dan kehidupan lumpuh.
Lebih mengerikan lagi Covid-19 bisa menginfeksi siasapa saja, dan anak adalah salah satu kelompok yang paling rentan.
Apalagi, pada 2020 lalu ditemukan sebuah kasus aneh pada anak yang terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: 6 Efek Buruk Gula yang Jadi Alasan Mengapa Perlu Dikurangi Konsumsinya
Pada awal Mei laporan dari New York dan Los Angeles, ditemukan "penyakit misterius" yang muncul pada beberapa anak yang terpapar virus COVID-19.
Tak lama kemudian, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan peringatan kesehatan serupa.
Kumpulan gejala yang luas ini, melansir Children’s Wisconsin dengan judul artikel 'The new way COVID-19 might be affecting kids', pertama kali disebut sebagai Sindrom Multisistem Peradangan Pediatrik (PIMS).
Sekarang secara resmi dikenal sebagai Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C).
Baca Juga: Untuk Siapa Jutaan Dosis Vaksin Pesanan Pemerintah yang Sudah Tiba di Tanah Air?
Beberapa pasien yang ditemukan mengalami MIS-C, mengalami peradangan pada banyak organ, termasuk jantung dan pembesaran pembuluh darah koroner.
Mereka dapat muncul dengan berbagai gejala yang berbeda termasuk: demam tinggi yang terus-menerus, pembengkakan pada tangan dan kaki, ruam, serta mata dan lidah merah.
Dalam sebagian besar kasus ini, pasien ini dites positif untuk antibodi Covid-19 (bukan dites positif untuk virus yang sebenarnya).
Itu berarti anak tersebut saat ini tidak terkena Covid-19, tetapi mengidapnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya dan sistem kekebalan tubuh mereka melawannya.
Dengan kata lain, MIS-C tidak disebabkan oleh infeksi aktif.
Baca Juga: Konsumsi Gula Berlebih Bikin Kesehatan Kulit Terganggu, Picu Penuaan Dini
Sebaliknya, ini adalah hasil dari respons kekebalan tubuh mereka.
Banyak laporan media menghubungkan MIS-C dengan gangguan lain yang dikenal sebagai penyakit Kawasaki.
Tapi penting untuk dicatat, meskipun serupa MIS-C dan Kawasaki tidak sama.
Penyakit Kawasaki adalah kondisi langka, mempengaruhi sekitar 25 dari setiap 100.000 anak di Amerika.
Penyakit Kawasaki banyak dialami oleh anak di bawah usia lima tahun. Penyebabnya tidak diketahui.
Baca Juga: Tata Cara Pencoblosan di TPS yang Aman Sesuai Protokol Kesehatan, Cegah Virus Corona
Gejala utama Kawasaki adalah demam tinggi, biasanya lebih dari 102, selama lebih dari lima hari.
Selain itu, untuk menerima diagnosis Kawasaki, pasien harus memiliki empat dari lima gejala; ruam, mata merah, kemerahan di telapak tangan dan telapak kaki, perubahan pada lapisan hidung dan mulut mereka (selaput lendir), kelenjar getah bening membesar.
Penyakit Kawasaki jika tidak ditangani dapat menyebabkan pembengkakan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung.
Tapi jika penyakit ini terdeteksi dini, dapat diobati dengan antibodi IV, aspirin dosis tinggi, dan steroid.
Mengenai MIS-C sendiri, Children’s Wisconsin pada akhir Mei melaporkan tujuh kasus dugaan MIS-C ke Departemen Layanan Kesehatan Wisconsin.
Baca Juga: Dehidrasi Bisa Bikin Miss V Jadi Kering, Wanita Perlu Waspadai Risikonya
Penting untuk diingat bahwa MIS-C sangat jarang terjadi dan kebanyakan anak sembuh.
Sementara prevalensi MIS-C pada anak-anak yang terpapar COVID-19 menunjukkan beberapa hubungan potensial, korelasi atau penyebab pastinya masih diselidiki.
Jadi jika anak kita menjukan gejala MIS-C seperti di atas, baiknya segera konsultasikan ke dokter ahli.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL