GridHEALTH.id - Baru-baru ini, seorang dokter India mengklaim telah menyembuhkan ribuan pasien Covid-19 hanya dengan menggunakan metode menghirup uap.
Bahkan, dokter bernama dr. Devangi Nilesh Jogal, MD tersebut menyatakan bahwa para tenaga medis di Jogi Ayurved Hospital tidak terpapar virus corona lantaran menggunakan teknik tersebut.
Baca Juga: Hirup Uap dari Panci Presto Dapat Membunuh Virus Corona, Benarkah?
Padahal diketahui, India kini telah menjadi negara kedua dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Diketahui, kasus Covid-19 di India kini telah mencapai lebih dar 10 juta kasus, dengan total kematian 145 ribu jiwa, dan pasien sembuh sebanyak 9,58 juta orang.
Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19
Terlepas dari itu, Jogal menyampaikan teknik menghirup uap untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
"Praktiknya sangat sederhana, Anda perlu menghirup uap biasa melalui lubang hidung dan mengembuskan napas dari mulut selama 10 kali."
"Lalu dibalik, menghirup udara dari mulut dan mengembuskan dari hidung selama 10 kali. Proses ini hanya berlangsung selama 2 sampai 3 menit," ujar Jogal dalam video singkat yang diterima GridHEALTH.id.
Jogal menyebut, alat untuk menghirup uap tersebut dibanderol mulai dari Rp 38-57 ribu.
Sementara itu, jika tidak memiliki alat tersebut, Jogal menyarankan untuk menghirup uap dari peralatan dapur.
Ia menambahkan, jika ingin memberikan sentuhan aromatik pada air dapat menambahkan biji karom (ajwain) atau minyak kayu putih, atau air biasa sudah cukup.
Berdasarkan pengalaman dan eksperimen pribadi, Jogal mengklaim praktik menghirup uap efisien dalam memberikan perlindungan yang sangat dibutuhkan terhadap virus corona.
Lantas, apakah hal yang disarankan Jogal tersebut terbukti berkhasiat menangkan Covid-19?
Dikutip dari laman covid19.go.id, Kepala Penyakit Menular Universitas Maryland Upper Chesapeake Health Centre, Faheem Younus, mengatakan terapi uap itu merupakan bentuk penipuan.
Dia mengingatakan orang-orang untuk tidak terjebak pada cara tersebut.
Dia bahkan menilai, ketakutan masyarakat terhadap virus corona dimanfaatkan untuk membangun bisnis tertentu.
"Jangan ubah ketakutan menjadi bisnis. Ini sama sekali tidak berguna," katanya, dikutip dari Kompas.com.
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyebutkan bahwa panas matahari atau suhu tinggi tidak sepenuhnya dapat membunuh virus corona.
"Kita bisa terkena virus corona, tidak peduli seberapa cerah atau panas cuaca itu," tulis WHO.
WHO menyatakan bahwa berdasarkan bukti yang ada saat ini, virus Covid-19 bisa ditularkan di semua area, termasuk daerah dengan cuaca panas dan lembap.
Baca Juga: Sering Mual saat Hamil, Tanda IQ Anak Tinggi atau Masalah Kehamilan?
Terlepas dari iklim, kita harus tetap melakukan langkah-langkah perlindungan jika tinggal di atau bepergian ke daerah yang mencatat kasus Covid-19.
Intinya, belum ada penelitia yang dapat membuktikan bahwa menghirup uap dapat menyembuhkan pasien Covid-19. (*)
Baca Juga: Menjaga Jarak Sosial, Benarkah Melemahkan Sistem Kekebalan? Cek Faktanya
#hadapicorona