Find Us On Social Media :

Bukannya Kebal Virus Corona, Petugas Medis Ini Justru Alami Malapetaka Usai Disuntik Vaksin Covid-19

Seorang petugas medis harus dirawat intensif usai menerima vaksin Covid-19.

GridHEALTH.id - Kejadian tidak terduga terjadi saat dilaksanakannya vaksinasi di Meksiko.

Dimana bukannya kebal terhadap virus corona, seorang tenaga medis justru mengalami malapetaka setelah disuntikan vaksin Covid-19.

Diketahui vaksinasi sendiri merupakan proses pemberian vaksin dengan cara disuntik atau diteteskan pada mulut guna memicu produksi antibodi untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Untuk Vaksinasi CoronaVac dari China

Kemumdian vaksin adalah produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.

Menurut NHS pemberian vaksin ini bertujuan guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh untuk mencegah diri dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.

Sayangnya dilaporkan 24h.com.vn, pada Minggu (3/1/2021), seorang petugas medis di Meksiko justru mengalami efek tak biasa dari vaksin Covid-19 tersebut.

Baca Juga: Disinformasi Jaringan Kera dan Pengawet Pada Vaksin Covid-19 Sinovac, Ini Faktanya

Otoritas Meksiko mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki kasus seorang dokter wanita berusia 32 tahun yang mendapatkan perawatan intensif setelah diberi vaksin.

Petugas medis itu harus mendapatkan perawatan intensif, setelah menerima suntikan vaksin Covid-19 Pfizer BioNTech.

Dokter wanita yang tidak disebutkan namanya, yang harus dirawat secara aktif di sebuah rumah sakit di negara bagian utara Nuevo Leon.

Dia dirawat setelah menunjukkan gejala kejang, sesak napas, dan ruam pada kulit.

Baca Juga: Berhubungan Intim Saat Sedang Haid Bisa Dilakukan, Begini Caranya

"Diagnosis awal adalah ensefalitis," kata Kementerian Kesehatan Meksiko.

Meningitis adalah infeksi otak dan sumsum tulang belakang.

Tidak jelas mengapa satu suntikan vaksin Covid-19 dapat menyebabkan penyakit serius seperti dokter ini.

Kementerian Kesehatan Meksiko menambahkan bahwa dokter wanita tersebut memiliki riwayat reaksi alergi.

Dokter wanita tersebut menunjukkan gejala ensefalitis saat masih dalam follow up setelah vaksinasi.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Akan Dilakukan 14 Januari 2021, Bagaimana Izin Edar dari BPOM?

Kasus tersebut saat ini sedang diselidiki oleh otoritas Meksiko.

"Kami memberikan pengobatan dengan obat anti inflamasi dan antikonvulsan untuk membantu mengurangi komplikasi," Kementerian Kesehatan Meksiko mengumumkan.

Saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang mendapatkan vaksin Covid-19 dapat mengembangkan ensefalitis, tambah Kementerian Kesehatan Meksiko.

Vaksin di atas merupakan hasil kerja sama antara perusahaan farmasi AS Pfizer dan mitra Jerman BioNTech.

Vaksin ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS untuk penggunaan darurat.

Baca Juga: Baru Umur 30 Tahun, Nia Ramadhani Sudah Jalani Operasi Layaknya Lansia: 'Setiap Dibawa Jalan, Keliyengan'

Sementara Pfizer dan BioNTech belum memberikan komentar.

Lebih dari 126.500 orang telah meninggal karena Covid-19 di Meksiko, negara tetangganya.

Negara itu telah memberikan vaksin gelombang pertamanya kepada petugas kesehatan, sejak 24 Desember.

Sementara itu, Israel juga telah menggunakan vaksin ini untuk disuntikan pada seluruh rakyatnya, namun menurut Times of Israel sebanyak 240 orang justru positif Covid-19.

Vaksin Pfizer tidak dibuat dengan virus corona itu sendiri, artinya tidak ada kemungkinan siapa pun dapat tertular dari suntikan.

Sebaliknya, vaksin tersebut berisi potongan kode genetik yang melatih sistem kekebalan untuk mengenali protein berduri di permukaan virus itu.

Baca Juga: Persiapan Anies Baswedan Jelang Vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta

Dengan demikian hal itu membuat antibodi untuk menyerang jika bertemu dengan yang asli.

Tetapi proses ini membutuhkan waktu, dan penelitian tentang vaksin sejauh ini menunjukkan kekebalan terhadap virus hanya meningkat sekitar 8-10 hari setelah suntikan pertama.

Kemudian hanya memiliki keefektifan sekitar 50 %.

Baca Juga: Awal Januari 2021, Gedung DPRD DKI Jakarta Dilockdown, Ternyata Ada 15 Orang Positif Covid-19

Inilah sebabnya mengapa dosis kedua dari vaksin, yang diberikan 21 hari setelah yang pertama, sangat penting.

Karena mampu memperkuat respons sistem kekebalan terhadap virus, membuatnya menjadi 95% efektif dan memastikan bahwa kekebalan bertahan.

Tingkat kekebalan ini hanya dicapai sekitar satu minggu setelah dosis kedua atau 28 hari setelah yang pertama.

Siapapun yang terinfeksi beberapa hari sebelum mendapatkan dosis pertama vaksin atau dalam minggu-minggu sebelum efektivitas penuh tercapai masih dalam bahaya mengembangkan gejala.(*)

Baca Juga: Kriteria Pasien dengan Komorbid yang Boleh dan Tidak Boleh Divaksin Covid-19 CoronaVac dari Sinovac

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL