"Siswa merasa cemas tentang masa depan mereka," kata Akiko Mura, seorang konselor di Pusat Pencegahan Bunuh Diri Tokyo.
“Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Dulu mereka bisa melepas stres dengan berbicara dengan teman, tapi sekarang malah tidak bisa ke karaoke,” katanya.
Para ahli khawatir serangkaian kasus bunuh diri selebriti terkenal di Jepang tahun lalu mungkin juga telah memicu orang yang rentan untuk mempertimbangkan bunuh diri.
Jumlah kasus bunuh diri di Jepang mencapai puncaknya sekitar 34.000 pada tahun 2003, tetapi upaya sejak saat itu untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk menangani kematian yang terkait dengan kerja berlebihan dan memperkenalkan konseling online, telah membantu menurunkan angka tersebut.
Baca Juga: Stroke Masih Penyebab Penyakit Degeneratif yang Utama, Ini Gejalanya
Baca Juga: Makan Ini Sebelum Olahraga Membantu Membakar Kalori Lebih Banyak
Munetaka Kaneko, seorang penasihat di LSM pencegahan bunuh diri Sotto, mengatakan pemerintah sekarang perlu membuat tanggapan bunuh diri sebagai bagian penting dari kebijakan virusnya, dengan "langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk era pandemi."
"Bagi beberapa orang, risiko bunuh diri jauh lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan oleh pandemi," katanya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL