Menurut berita, Otoritas Korea Utara baru-baru ini membuat "organisasi peretasan" baru yang didedikasikan untuk mencuri informasi tentang COVID-19, termasuk teknologi pengembangan vaksin.
Organisasi baru itu bernama Bureau 325 dan beroperasi di bawah Biro Umum Pengintaian sambil menerima perintah langsung dari Komite Pusat.
Baca Juga: Klaim Bisa Kendalikan Covid-19, Kini Jokowi Minta Terapkan Karantina Wilayah hingga Lingkup RT/RW
Mengenai hal tersebut, Mun Chong Hyun, kepala ESTsecurity Security Response Center (ESRC), mengatakan kepada Daily NK, ada serangan peretasan Korea Utara yang terus-menerus dan terkonsentrasi pada perusahaan farmasi Korea Selatan sejak sekitar awal Oktober tahun lalu.
Ternyata tidak sampai disitu yang dilakukan Korut. Menurut The Wall Streat Journal (2 Desember 2020), Peretas Korea Utara telah menargetkan setidaknya enam perusahaan farmasi di AS, Inggris, dan Korea Selatan yang menangani perawatan Covid-19.
Targetnya Johnson & Johnson dan Novavax Inc, yang berbasis di Maryland, yang keduanya bekerja pada vaksin eksperimental, kata orang-orang itu.
Tiga perusahaan Korea Selatan Genexine Inc., Shin Poong Pharmaceutical Co. dan Celltrion Inc., yang pernah menguji obat Covid-19 dalam uji klinis sebelumnya.
Baca Juga: Positif Covid-19 Meski Sudah Divaksin, Ahli Biologi Mokuler: Alasannya Karena Disuntik di Bahu
Korea Utara juga mencoba menginfiltrasi AstraZeneca PLC yang berbasis di Inggris, yang vaksinnya dikembangkan bersama dengan Universitas Oxford, dan telah terbukti 90% efektif.
Malah Reuters menyebut, peretas Korea Utara telah mencoba membobol sistem AstraZeneca.
Baca Juga: Disuntik Vaksin Covid-19 Kedua, Raffi Ahmad Kena Sindir Jokowi: 'Meskipun Sudah Divaksin...'