GridHEALTH.id - Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus sempat menyatakan bahwa pandmei COvid-19 bukanlah pandemi terakhir.
"Ini bukan pandemi terakhir," kata Tedros dalam jumpa pers di Jenewa seperti diberitakan Reuters, Selasa (8/9/2020).
Baca Juga: Belum Usai Covid-19, WHO Peringatkan Munculnya Pandemi Lain
Tedros mengisyaratkan ada kemungkinan pandemi lain yang bakal muncul di dunia setelah pandemi virus corona.
Belakangan ini, ramalan Dirjen WHO tersebut seakan terbayar.
Pasalnya, seorang ahli virus asal Thailand di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre saat ini tengah mempelajari soal seberapa besar potensi virus nipah yang jadi pandemi selanjutnya di Asia.
Baca Juga: Dijadikan Syarat Perjalanan Kereta, Satgas: 'GeNose untuk Screening, Bukan unttuk DIagnosis'
Virus nipah yang belum lama ini mengegerkan warga Asia lantaran ditemukan pada babi dan kelelawar.
Nama virus nipah diambil dari kasus yang pertama kali ditemukan pada tahun 1998, yaitu di Kampung Sungai Nipah, Malaysia.
Melansir laman WHO, infeksi virus Nipah adalah penyakit zoonosis yang ditularkan ke manusia dari hewan, dan juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung dari orang ke orang.
Baca Juga: Untuk Keamanan Pangan Ikuti BPOM, Jangan dari Pihak yang Tak Kredibel
Penularan diperkirakan terjadi melalui paparan sekresi babi yang tidak terlindungi, atau kontak tanpa kondom dengan jaringan hewan yang sakit.
Selama wabah pertama yang diketahui di Malaysia, yang juga mempengaruhi Singapura, kebanyakan infeksi pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babi yang sakit atau jaringannya yang terkontaminasi.
Dalam wabah berikutnya di Bangladesh dan India, konsumsi buah-buahan atau produk buah-buahan (seperti jus kurma mentah) yang terkontaminasi dengan urine atau air liur dari kelelawar buah yang terinfeksi adalah sumber infeksi yang paling mungkin.
Gejala infeksi virus nipah pada manusia berkisar dari infeksi asimtomatik hingga infeksi pernapasan akut, kejang, dan ensefalitis yang fatal.
Orang yang terinfeksi awalnya mengalami gejala yang meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan.
Ini dapat diikuti oleh pusing, mengantuk, kesadaran yang berubah, dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.
Beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan yang parah, termasuk gangguan pernapasan akut.
Ensefalitis dan kejang terjadi pada kasus yang parah, berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Masa inkubasi dari 4 hingga 14 hari tetapi periode inkubasi selama 45 hari telah dilaporkan.
Kebanyakan orang sembuh total, namun beberapa kasus kambuh telah dilaporkan.
Tingkat kematian kasus infeksi virus nipah diperkirakan 40–75%.
Tetapi kematian dapat bervariasi berdasarkan wabah tergantung pada pengawasan dan manajemen klinis di daerah yang terkena. (*)
#hadapicorona