Find Us On Social Media :

Menghadapi Varian Virus Corona yang Makin Beragam, Inggris Coba 'Oplos' Vaksin Covid-19 Agar Lebih Efektif

Untuk menghadapi varian virus corona yang bermunculan, Inggris lakukan uji coba penggabungan dua merek vaksin Covid-19 agar reaksi kekebalan meningkat.

GridHEALTH.id -  Ribuan varian virus corona telah didokumentasikan saat virus corona bermutasi, termasuk yang disebut varian Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil yang tampaknya menyebar lebih cepat dari yang diduga.

Untuk menghadapi ini,  Menteri Penyebaran Vaksin Inggris Nadhim Zahawi harap-harap cemas suntikan yang sudah ada bisa efektif.

"Saat vaksin Covid-19 muncul dan siap diproduksi banyak agar masyarakat merasakan hasilnya, tetapi varian (virus corona) terus bermunculan.

Kami semua berharap, vaksin yang sudah ada akan efektif pada varian baru, apakah di Inggris, di India, di Brasil atau semua tempat lain, terutama jika menyangkut infeksi yang parah dan rawat inap," kata Zahawi kepada Sky News (06/02/2021).

 "Semua produsen, Pfizer-BioNTech, Moderna, Oxford-AstraZeneca dan lainnya, sedang mencari cara untuk meningkatkan vaksin mereka untuk memastikan bahwa kami siap untuk varian apa pun. Ada sekitar 4000 varian virus corona di seluruh dunia sekarang," sambungnya.

Virus corona baru, yang dikenal sebagai SARS-CoV-2, telah menewaskan 2,26 juta orang di seluruh dunia sejak muncul di China pada akhir 2019, menurut Johns Hopkins University of Medicine.

Baca Juga: WHO 'Khawatir' Efektivitas Vaksin Covid-19 Menghadapi Aneka Varian Virus Corona yang Terus Bermunculan

Baca Juga: 5 Faktor Penyebab Luka Pada Penyandang Diabetes Sukar Disembuhkan

Israel saat ini berada jauh di depan dunia dalam hal vaksinasi per kepala populasi, diikuti oleh Uni Emirat Arab, Inggris, Bahrain, Amerika Serikat dan kemudian Spanyol, Italia dan Jerman.

Sementara ini, efektivitas berbagai vaksin Covid-19 yang disuntikkan di seluruh dunia, dilaporkan memberikan hasil sesuai yang diharapkan, meski ada yang menurun efektivitasnya.

 

Tetapi meski belum menyatakan pesimis,WHO melalui perwakilannya di Eropa  menyatakan keprihatinan dan kekhawatiran tentang efektivitas vaksin Covid-19 saat ini dalam menghadapi varian virus corona yang semakin banyak.

Di Uni Eropa, hanya 2,5% dari populasi yang telah menerima dosis vaksin pertama, meskipun pengumuman oleh beberapa laboratorium tentang peningkatan pengiriman vaksin telah meningkatkan harapan adanya percepatan.

Komisi Eropa mengatakan mereka mengharapkan 70% dari populasi akan selesai divaksinasi pada musim panas.

Ditanya apakah vaksin yang tersedia sejak Desember 2020 akan efektif melawan varian virus baru, Direktur WHO Eropa Hans Kluge menjawab: "Itu pertanyaan besarnya. Saya khawatir."

"Kita harus bersiap untuk mutasi. Saya menyerukan negara-negara untuk memperluas kapasitas pengurutan genom mereka. Saya tidak suka mengatakan karena terdengar sangat kejam, tapi kenyataannya virus masih menguasai manusia," kata Kluge, dikutip dari Kantor Berita Prancis, Agence France-Presse (AFP) pada Selasa (09/02/2021).

Baca Juga: Menstruasi Tiba-tiba Berhenti, 7 Penyebab ini Patut Diwaspadai

Baca Juga: Berani Lakukan Testing 12 Kali Lipat Standar WHO, Satgas Covid-19 Minta Daerah Belajar dari DKI

Sejauh ini, dua vaksin China terbukti efektif melawan varian Afrika Selatan, meskipun pada tingkat efektivitas yang jauh lebih lemah.

Untuk menghadapi varian virus corona yang semakin beragam, Inggris pada hari Rabu (10/02/2021) melakukan uji coba untuk menilai reaksi kekebalan yang dihasilkan jika dosis vaksin dari Pfizer dan AstraZeneca digabungkan dalam jadwal dua suntikan.

Data awal tentang tanggapan kekebalan diharapkan dihasilkan sekitar bulan Juni 2021. Percobaan ini akan memeriksa respona imun dari dosis awal vaksin Pfizer yang diikuti oleh booster AstraZeneca, begitu pula sebaliknya, dengan interval empat dan 12 minggu.

Uji coba ini akan menjadi yang pertama dari jenisnya yang menggabungkan suntikan mRNA - yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNtech - dan vaksin vektor virus adenovirus dari jenis yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca.

Suntikan AstraZeneca secara terpisah sedang diujicobakan dalam kombinasi dengan vaksin vektor virus lain, Sputnik V Rusia

Para peneliti Inggris di balik uji coba tersebut mengatakan data tentang memvaksinasi orang dengan dua jenis vaksin yang berbeda dapat membantu untuk memahami apakah suntikan dapat diluncurkan dengan lebih fleksibel di seluruh dunia, dan bahkan mungkin meningkatkan tanggapan kekebalan.

Matthew Snape, ahli vaksinasi Oxford yang memimpin uji coba, mengatakan pencampuran suntikan yang berbeda telah terbukti efektif dalam jadwal vaksin Ebola, dan meskipun uji coba baru menggunakan teknologi vaksin campuran, itu juga bisa berhasil.

Baca Juga: 5 Hal yang Bakal Terjadi Pada Tubuh Saat Berhenti Makan Daging

Baca Juga: Tips dan Trik Berdandan Cepat, Dijamin Segera Cantik dan Glowing

"Pada akhirnya, semuanya bermuara pada target yang sama, sel yang membuat protein lonjakan meningkat untuk bisa melindungi manusia,  hanya menggunakan platform berbeda," katanya kepada The Telegraph (10/02/2021).

"Untuk alasan itu, kami mengantisipasi bahwa kami akan menghasilkan tanggapan kekebalan yang baik dengan kombinasi ini," imbuhnya.

Kepala imunisasi Kesehatan Masyarakat Inggris Mary Ramsay mengatakan ada banyak harapan untuk pekerjaan'oplosan' tersebut.

Baca Juga: Orangtua Sering Panik Bila Anak Kejang Demam, Padahal Ini Solusinya

Baca Juga: Gula adalah Gula, Hati-hati dengan Berbagai Penamaan yang Bikin Terkecoh

"Kami berkaca pada pengalaman, vaksin untuk Hepatitis A dan B dapat dipertukarkan dari dua produsen yang berbeda, dan pekerjaan serupa telah dilakukan untuk human papillomavirus (HPV)." (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL