Ia menyebut kelak produksi vaksin nusantara bisa mencapai 10 juta dosis per bulan.
“Kita harus punya kemampuan mandiri untuk membuat vaksin Covid-19 yang platformnya individual,” katanya.
Terawan pun menjelaskan, vaksin nusantara ini mewujudkan vaksin berbasis dendritic cell.
"Dampaknya apa? Tentunya akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler tentunya akan bertahan lama, karena tingkatnya di sel bukan imunitas humoral tapi seluler," jelasnya, dikutip dari Kompas TV, Rabu (17/2/2021).
Berdasarkan laman British Society for Immunology, dendritic cell atau sel dendritik (DC) bertanggung jawab atas inisiasi respons imun adaptif dan karenanya berfungsi sebagai 'penjaga' sistem kekebalan.
Baca Juga: Dendritic Cell Untuk Vaksin Covid-19 dan Polemiknya di Indonesia, Politis atau Ilmiah?
Menurut Anggota Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara Jajang Edi Prayitno, Vaksin Nusantara dengan dendritic cell tersebut dapat digunakan dalam sekali suntik berlaku seumur hidup.
"Sehingga secara pembiayaan pun lebih menguntungkan dan tidak menguras devisa negara, karena ini diproduksi dalam negeri," ujarnya.
Diketahui, Vaksin Nusantara telah dikembangkan sejak Desember 2020 dan selesai uji klinis fase I pada akhir Januari 2021.
Saat ini, pengembangan vaksin ini telah memasuki tahapan uji klinis fase II yang sudah berjalan mulai Februari 2021.