Dia berharap, ke depannya akan lebih banyak penyintas Covid-19 yang melakukan donor serupa.
Sementara itu, ahli genetika dan biologi molekular Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, dr Theresia Monica menjabarkan donor terapi plasma konvalesen (TPK) digunakan untuk membantu pasien Covid-19 dari stadium sedang hingga kritis.
"Pemberian TPK lebih dini akan sangat memberikan efek optimal. Bagi pendonor, ini malah sangat bagus sebab tubuh pendonor akan memproduksi plasma sehingga antibodi bertahan lebih lama," jelasnya.
Theresia lebih jauh memaparkan, pihak yang diutamakan menjadi pendonor adalah penyintas Covid-19, dengan syarat khusus diutamakan pria yang tidak mengalami kondisi kritis saat Covid-19 atau perempuan yang belum pernah hamil atau keguguran.
"Ini bukan diskriminasi gender, tetapi ini untuk meningkatkan efektifitas sebab perempuan yang sudah hamil atau keguguran memiliki antibodi Anti-human leukocyte antigens (HLA) yang berpotensi menimbulkan efek samping," jelasnya.
Namun demikian, dia menyatakan kasus efek samping yang terjadi dari donor plasma konvelasen sangatlah kecil yakni 1:5000.
"Efek samping yang bisa berupa demam hingga kemerahan, namun hal ini sangat kecil terjadi, yakni kasusnya 1:5000. Maka tidak ada alasan untuk donor plasma konvelasen," tutup dia.(*)
Baca Juga: Penting Diketahui, Berikut Manfaat dan Efek Samping Terapi Plasma Konvalesen
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL