Find Us On Social Media :

Kritik Pedas Epidemiolog UI Usai GeNose Jadi Syarat Naik Pesawat: 'False Negatifnya Bikin Penyebaran Virus Makin Luas'

Alat tes Covid-19 GeNose wajib di semua moda transportasi, Ahli epidemiologi beri kritik.

GridHEALTH.id - Mulai 1 April pemerintah menetapkan tes Covid-19 dengan GeNose sebagai syarat naik pesawat alias perjalanan udara.

Namun langkah ini ternyata mendapat kritikan pedas Epidemiolog Universiatas Indonesia (UI) Pandu Riono.

Menurutnya penggunaan tes Covid-19 dengan GeNose adalah sebuah kesalahan yang justru berpotensi lebih besar menyebarkan virus corona.

Baca Juga: Serupa dengan GeNose, SpiroNose di Belanda Dihentikan untuk Tes Covid-19, Hasilnya Keliru

Hal itu diungkap Pandu seperti dilansir dari CNN Indonesia, (1/4/2021).

"Kenapa sih dipakai GeNose, karena sudah ada yang lebih akurat ya pakai PCR, atau antigen yang lebih murah dari PCR bisa membantu. Masalahnya GeNose lebih murah, tapi tidak ada yang menganjurkan memakai GeNose," katanya.

Dijelaskan Pandu, bahwa GeNose sampai saat ini belum terbukti secara ilmiah dapat mendeteksi Covid-19.

Sehingga penggunaannya masih diragukan, terlebih dapat berdampak pada penularan Covid-19 yang lebih lebih luas.

GeNose disebut bisa mendeteksi senyawa volatile organic compound (VOC) yang merupakan hasil produksi infeksi Covid-19.

Baca Juga: GeNose C19 Temuan Anak Bangsa Mulai Banyak Digunakan Sebagai Alat Tes Covid-19, Makan Jengkol dan Merokok Bisa Kacaukan Hasil Tes

Namun, menurut Pandu, sampai saat ini juga belum bisa dibuktikan apakah setiap infeksi Covid-19 mengandung VOC atau tidak.

"GeNose tidak mendeteksi virus, dia hanya mendeteksi udara senyawa VOC itu. Jadi itu katanya kalau pola baunya gini dia kemungkinan covid-19, tapi masih kemungkinan, lalu orang merokok tidak akurat," terangnya.

Pandu khawatir GeNose yang digunakan justru akan banyak melahirkan false negatif Covid-19.

Dimana orang yang seharusnya positif Covid-19, justru tidak terdeteksi oleh alat yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada tersebut.

Baca Juga: Dijadikan Syarat Perjalanan Kereta, Satgas: 'GeNose untuk Screening, Bukan unttuk DIagnosis'

Alhasil bukannya mencegah penularan Covid-19, justru bisa membantu penyebaran virus semakin luas.

"Yang paling bahaya false negatif, dia membawa virus dan bebas bepergian kemana saja, lalu menularkan orang yang ditemui, di kampung misalnya," kata Pandu.

Diketahui false negatif ini memang umum terjadi pada pada pemeriksaan menggunakan alat tes Covid-19, baik itu rapid test antigen dan Swab PCR sekalipun.

Baca Juga: Tes GeNose Jadi Syarat Perjalanan Jarak Jauh, Yakin Cara Kerjanya Tidak Tularkan Covid-19?

Hal itu seperti informasi yang dibagikan dilaman fda.gov (4/1/2021) berjudul "Risk of False Results with the Curative SARS-Cov-2 Test for COVID-19: FDA Safety Communication".

Dalam informasi tersebut disebutkan bahwa ada 2 risiko false negatif yang paling utama, diantaranya adalah:

- Pasien yang seharusnya mendapatkan perawatan, karena terjadi false negatif, pengobatan mereka jadi tertunda sehingga berisiko menyebabkan infeksi semakin parah.

- Akibat false negatif, tracing kontak pada pasien juga ikut terlambat yang menyebabkan virus corona bisa menyebar semakin luas.(*)

Baca Juga: Sultan Jogja Bangga, Izin Edar Alat Pendeteksi Covid-19 GeNose Akhirnya Keluar, Siap Dipasarkan

 

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL