GridHEALTH.id - Nani Apriliani (25), pelaku pengiriman sate beracun lewat Ojek Online yang menawaskan bocah berusia 10 tahun ini akhirnya ditangkap, Senin (3/5/2021).
Untuk motif sementara, NA diduga sakit hati dengan T (target sebenarnya) karena menikah dengan orang lain.
"Pernah berhubungan dulu sebelum nikah. Target T sedang kita dalami. (Profesi target) Pegawai negeri," kata Burkan di Mapolres Bantul Senin (3/5/2021).
Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, Tetap Jaga Imun Tubuh Dengan 3 Tips Ini Salah Satunya Suplemen yang Tepat
Bungkusan sate itu dikirim melalui pengemudi ojek online (ojol) bernama Bandiman yang tak lain ayah kandung Naba.
Penerima yang tak lain istri T menolak kiriman makanan tersebut karena tidak mengenal identitas pengirim dan diberikan ke Bandiman untuk dibawa buka puasa keluarganya.
Burkan mengatakan, wanita warga Desa Buniwangi, Kecamatan Palasan, Majalengka, Jawa Barat, terancam hukuman mati.
NA diduga telah merencanakan aksi pembunuhan tersebut. Beberapa hari sebelum bertemu Bandiman, NA memesan racun jenis KCn atau kalium sianida beberapa hari sebelumnya lewat online atau e-commerce.
Racun itu lalu ditaburkan ke paket sate yang menyebabkan Naba Faiz Prasetya (10) warga Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, pada Minggu (25/4/2021).
Apa itu potasium sianida?
Dilansir laman resmi CDC, potasium sianida atau kalium sianida berbentuk butiran padat yang menyerupai kristal.
Baca Juga: Bill dan Melinda Gates Bercerai, 5 Alasan Mengapa Menikah Puluhan Tahun Bisa Pisah
Potasium sianida melepaskan gas hidrogen sianida, zat kimia sangat beracun yang mengandung zat asfiksia.
Saat zat ini masuk dalam tubuh, kemampuan tubuh dalam mengolah oksigen terganggu. Ini sebabnya, orang yang terpapar potasium sianida bisa berakibat fatal.
"Potasium sianida memiliki efek ke seluruh tubuh (sistematik), terutama memengaruhi sistem organ yang paling sensitif terhadap kadar oksigen rendah," kata CDC dalam lamannya.
Sistem orang yang paling sensitif terhadap kadar oksigen rendah antara lain sistem saraf pusat (otak), sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), dan sistem paru-paru.
Potasium sianida digunakan secara komersial untuk fumigasi, pelapisan listrik, dan mengekstraksi emas dan perak dari bijih.
Baca Juga: Tak Ada Lagi Keceriaan di Malaysia, ICU Keteteran, Kasus Harian Covid-19 Sudah Lebih dari 3 Ribu
Pertolongan pertama
CDC mencatat, pengamatan yang cermat, oksigen tambahan, dan perawatan suportif mungkin merupakan terapi yang cukup untuk pasien atau korban yang tidak menunjukkan gejala fisik dari keracunan sianida.
Untuk pasien atau korban yang menunjukkan gejala fisik dari keracunan sianida, pengobatan awal terdiri dari pemberian penawar di bawah arahan dokter, bantuan pernapasan dan peredaran darah (oksigen dan cairan IV), koreksi ketidakseimbangan kimiawi dalam darah, dan kontrol kejang.
"Kecepatan sangat penting. Hindari resusitasi mulut ke mulut apa pun rute pemaparannya. Hindari kontak dengan muntahan, yang dapat mengeluarkan gas hidrogen sianida," tulis CDC. (*)
#berantasstunting#hadapicorona #bijakGGL