Bagaimana tidak kecewa, menurut Tompi pelayanan petugas medis yang tak sigap menemani pasien, terutama di daerahnya.
Menurut Tompi, ibunya yang seharusnya dirawat sejak pagi, baru dijemput ambulance jam 4 sore. Tak lama berselang bunda Tompi pun mengembuskan napas terakhir.
"Jadi prosesya cepet banget, di Aceh di Lhokseumawe pemeriksaan PCR cuma bisa dilakukan 2 kali seminggu dalam sebulan bayangkan, padahal dalam kondisi covid seharusnya satgasnya kerja 24 jam 7 hari dalam seminggu," ungkap Tompi.
"Tenaga kesehatan yang bertugas juga tidak standby di tempat, kita harus marah-marah dulu, kita harus punya koneksi dulu baru bisa," sambungnya.
"Poin saya adalah bukan saya ingin menjelek-jelekan yang bertugas, namun di daerah di luar Jakarta bahkan mungkin di luar Pulau Jawa, fasilitas kesehatan kita masih PR besar negara ini cukup ibu saya yang menjadi korban," beber Tompi.
Baca Juga: 8 Gejala Hamil Muda yang Mirip Gejala Penyakit, Jangan Sampai Terkecoh
Lalu Tompi pun mengingatkan kita semua, "Negara kita nggak sanggup kalau orang itu sakit dalam jumlah besar, negara kita nggak sanggup. Jadi jangan sampai kejadian di India terulang di sini," sambungnya.
"Satu-satunya cara supaya kita selamat dari pandemik ini semua itu harus selalu bahu-membahu semua harus saling menjaga, nggak bisa bodo amat," tukasnya.(*)
Baca Juga: Ini Pentingnya Pemeriksaan Antenatal di Trimester Pertama Kehamilan
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL