GridHEALTH.id - Setiap ibu hamil pasti menantikan tendangan atau gerakan janin dalam kandungan.
Gerakan janin dalam kandungan rupanya sudah dapat dirasakan sejak usia kandungan sekitar 18–20 minggu atau memasuki trimester kedua.
Baca Juga: Perut Berkedut saat Hamil Muda, Tanda Gerakan Janin atau Masalah Kehamilan?
Namun tahukah, gerakan janin dalam kandungan yang terlalu aktif dapat menyebabkan masalah kehamilan.
Salah satu masalah kehamilan yang disebabkan akibat gerakan janin aktif yaitu adanya lilitan tali pusat.
Baca Juga: Utang Rp 140 Miliar untuk Bayar Hotel, Pasien Covid-19 Bakal Dipindahkan ke Sekolah dan GOR
Perlu diakui, masalah kehamilan ini memang sangat membuat ibu stres, karena lilitan tali pusat bisa mengancam kematian janin dalam kandungan.
Lantas, apa yang harus ibu hamil lakukan jika janin mengalami lilitan tali pusat?
Lilitan tali pusat pada janin terjadi akibat gerakan janin yang terlalu aktif dan acak.
Selain itu, panjangnya tali pusat dan banyaknya cairan ketuban memungkinkan lebih banyak gerakan janin sehingga menyebabkan masalah kehamilan ini.
Ada 2 jenis lilitan tali pusat, yaitu lilitan kuat dan lilitan longgar.
Baca Juga: Agar Daya Ingat Anak Makin Tajam, Berikan 6 Makanan Kaya Gizi Ini
Jika tali pusat kuat melingkar di sekitar leher atau bagian tubuh lain, aliran darah melalui tali pusat yang terjerat dapat berkurang selama kontraksi.
Hal ini dapat menyebabkan detak jantung bayi turun selama kontraksi.
Sebelum melahirkan, jika aliran darah benar-benar terputus, kelahiran mati (stillbirth) dapat terjadi.
Baca Juga: Penyebab Diabetes Pada Bayi dan Cara Mencegah Terjadinya Komplikasi
Menurut dokter spesialis kandungan dan kebidanan Robyn Horsager-Boehrer, MD di University of Texas Southwestern Medical Center, hingga saat ini belum ada cara untuk mengatasi lilitan tali pusat pada janin dalam kandungan.
"Belum ada cara untuk mencegah lilitan tali pusat atau melepaskannya dari leher bayi dalam kandungan," ujar Robyn.
Meski begitu, orangtua bisa mengajak bayi berbicara, seperti "Ayo lepaskan lilitan tali pusatnya!".
Selain itu, orangtua diminta memperbanyak berdoa dan memberikan pikiran positif agar janin dalam kandungan bisa melepaskan lilitannya.
Namun, jika lilitan tali pusat masih ada hingga waktu persalinan, maka dokter akan memeriksa leher bayi untuk mencari tali pusat setelah kepala bayi dilahirkan.
Biasanya, lilitan tali pusat yang longgar dan bisa diselipkan di atas kepala bayi.
Namun, kadang-kadang lilitan tali pusat terlalu ketat untuk dengan mudah tergelincir di atas kepala, sehingga dokter atau bidan akan menjepit dan memotong tali pusat sebelum bahu bayi dilahirkan.
Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tali pusat tidak terlepas dari plasenta saat bagian tubuh bayi lainnya dilahirkan.
Ibu hamil yang mengalami maslaah kehamilan ini sebenarnya dilarang stres ataupun panik.
Baca Juga: Warga DKI Usia 18 ke Atas Sudah Bisa Dapat Vaksin Covid-19 Gratis, Ini Syaratnya!
Pasalnya, sebuah penelitian di tahun 2018 menyebutkan, sekitar 12 persen persalinan memiliki lilitan tali pusat.
Sebagian besar bayi dengan tali pusat hanya memiliki satu lingkaran di lehernya.
Untungnya, tidak ada peningkatan risiko untuk masalah pertumbuhan bayi, lahir mati, atau skor Apgar yang lebih rendah.
Baca Juga: Jangan Dibuang! ASI Encer Juga Berguna Baik bagi Tumbuh Kembang Anak
Namun, jika ibu hamil mengalami masalah kehamilan lilitan tali pusat, ada baiknya tanyakan kondisinya terlebih dahulu kepada dokter kandungan.
Bagaimana jumlah dan jenis lilitan tali pusat? Apakah kuat atau longgar?
Lalu, apakah boleh melahirkan normal dengan kondisi lilitan tali pusat? (*)
#hadapicorona