GridHEALTH.id - Gembar-gembor masuknya varian baru Covid-19 dari India atau dikenal dengan nama varian Delta (B.1.617.2) rupanya membuat masyarakat Tanah Air panik.
Bukan tanpa sebab, kabarnya, varian Delta dari India tersebut lebih cepat menular dan lebih berbahaya.
Menurut Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban, varian Delta juga dapat menurunkan efektivitas vaksin Covid-19.
"Varian baru kan memang lebih mudah menular. Nah, kalau dari data Inggris bahwa pakai vaksin apapun kalau sudah disuntik satu kali kekebalannya terhadap virus Delta ini 33 persen," ujar Zubairi dalam keterangannya, Selasa (15/6/2021).
Baca Juga: Inilah Alasan Cristiano Ronaldo Singkarkan Botol Coke dan Mengatakan; Minumlah air, bukan Coke
Lantas, perlukah melakukan vaksinasi ulang?
Menurut Zubairi, vaksin AstraZeneca hanya kebal 60 persen, meski sudah dua kali suntik.
Sementara, vaksin Pfizer bisa kebal hingga 80% terhadap varian Delta.
Tak hanya varian Delta, varian Beta B1351 asal Afrika Selatan disebut sebagai varian baru yang bisa membuat gejala Covid-19 tingkat berat.
"Varian Beta B1351 yang amat mudah membuat gejala menjadi berat atau lebih mematikan," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti saat ditemui di Balai Kota, Senin (14/6/2021), dikutip dari Kompas.com.
Melihat adanya beberapa varian baru Covid-19 yang dapat melumpuhkan efektivitas vaksin COvid-19, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebut ada kemungkinan untuk vaksinasi ulang.
Vaksinasi ulang diperlukan untuk membentuk kekebalan tubuh yang dianggap masih kurang sehingga virus corona masih bisa menjangkit.
"Vaksinasi ulang bisa saja diperlukan apabila jumlah titer antibodi yang ada di seseorang tersebut setelah divaksinasi tidak cukup tinggi untuk bisa menghadang dari potensi kenaikan atau tertular lagi oleh Covid ini," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/6/2021).
Menurut Wiku, vaksinasi Covid-19 menimbulkan reaksi tubuh yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Ia mengatakan, vaksin cenderung memberikan proteksi yang lebih baik kepada tubuh dengan titer antibodi yang tinggi.
"Seharusnya semakin tinggi titer antibodi dari orang yang divaksinasi karena reaksi setiap orang berbeda, tentunya akan memberikan proteksi yang lebih baik," ujarnya.
Wiku tak menutup kemungkinan dilakukan vaksinasi ulang kepada seseorang yang titer antibodinya belum cukup. (*)
#hadapicorona