"1. Pandemi covid tidak real, banyak yang sakit sebabnya karena stres
Masak iya mendadak di tahun 2020-2021 orang stress berbarengan? Please, gunakan common sensenya.
2. Tidak ada covid, pemeriksaan harusnya berdasarkan anamnesa dokter, bukan alat. Masak OTG dibilang sakit hanya karena positif PCR?
Pernyataan ini sangat aneh, dokter itu bukan dukun yg (mengaku) bisa menerawang.
80% penyakit untuk menegakkan diagnosa memang didapatkan dari anamnesa, tapi sisanya tetap butuh alat untuk mendiagnosa secara akurat.
Makanya kita kenal banyak alat yg diperlukan seperti PCR, MRI, CT scan, USG, dll. Apa iya semua alat itu dianggap ga perlu?
3. PCR hasilnya bisa berubah semaunya. Bu Lois bahkan merasa bisa mengganti-ganti PCR dari positif hingga negatif terus positif lagi.
Baca Juga: Inilah yang Dimaksud Interaksi Antar Obat, dr Louis Owien Kerap Mengatakannya Pada Kasus Covid-19
Saya yakin Bu Lois kemungkinan besar tidak pernah pegang PCR, karena tidak paham cara kerjanya.
Begini ya, ingat kenapa dulu Indonesia terkesan lama tidak mengumumkan kasus COVID-19? Ini semata karena Indonesia SAAT ITU BELUM BISA MENDETEKSI COVID-19.
Padahal RT-PCR itu sudah ada di Indonesia sejak lama jauh sebelum covid.
Tapi saat itu kita belum punya PROBE covid yg merupakan bagian penting RT-PCR untuk bisa menetapkan & membedakan apakah virus corona yg diperiksa benar-benar SARS-Cov2 penyebab covid.
Ingat, virus corona itu ada banyak, bahkan jauh sebelum covid, tapi kita butuh spesifik untuk bisa mendeteksi SARS-Cov2 yg lebih ganas dari virus corona yg pernah ada.