Untuk diketahui, reaksi alergi yang bisa dinilai efek samping setelah vaksin, tidak terbatas pada vaksin Covid-19, tetapi dapat terjadi setelah minum obat apa pun.
Klimek menjelaskan bahwa reaksi alergi terhadap suatu bahan dalam vaksin itu berarti kita sudah peka terhadapnya. Karena dosis yang disuntikkan lebih tinggi, reaksinya bisa lebih kuat.
Meski demikian, tidak semua penderita alergi terpengaruh sama. "Jika mengalami demam, artinya tidak benar-benar berisiko lebih tinggi. Kerkena efek samping daripada seseorang yang tidak alergi," kata Klimek.
Namun, jika pernah mengalami reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu, obat pencahar atau kontras sinar-X, misalnya, kita mungkin juga memiliki satu untuk bahan-bahan dalam vaksin Covid-19, kata Klimek, yang mencatat bahwa zat-zat alergen yang diketahui dalam obat-obatan termasuk polietilen glikol, polisorbat dan etilen oksida.
Karenanya bagi penyandang alergi baiknya berkonsultasi dengan ahli alergi jika memiliki reaksi alergi terhadap obat, sebelum divaksin Covid-19.
Untuk itu baiknya disetiap sentra vaksinasi Covid-19, Sebelum divaksinasi, seseorang harus mengisi kuesioner riwayat kesehatan secara akurat dan menyeluruh, jika ragu, dengan bantuan ahli alergi, sehingga personel di situs penyedia vaksinasi tahu apa yang harus diperhatikan dan dapat mengevaluasi lebih lanjut jika perlu.
Setelah mendapatkan suntikan, kita harus tetap berada di lokasi selama 15 menit agar dapat dimonitor sebagai tindakan pencegahan.
Tetapi penantiannya adalah 30 menit jika pernah mengalami reaksi alergi terhadap vaksin, kata Federal Center for Health Education (BZgA).
Jenis reaksi alergi yang paling serius adalah anafilaksis, di mana sistem kekebalan melepaskan banyak bahan kimia yang dapat menyebabkan syok.
"Ini jelas mengancam jiwa," kata Klimek. Reaksi potensial yang tidak terlalu serius termasuk ruam kulit, tenggorokan gatal atau gatal.
Baca Juga: Anosmia Jadi Gejala Khas Covid-19 pada Anak, Orangtua Lakukan 5 Cara Merangsang Indera Penciuman