Find Us On Social Media :

Bappenas; Covid-19 Terkendali Bulan Ini, Sebut 4 Vaksin Efikasi Tinggi, Sinovac tak Termasuk?

Sinovac tak disebut Bappenas sebagai vaksin dengan efikasi tinggi, yang saat ini dibutuhkan Indonesia dalam mengendalikan Covid-19 di bulan ini.

GridHEALTH.id - Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, pandemi Covid-19 baru bisa terkendali pada September 2021 ini.

Hal itu berdasar perhitungan pengendalian wabah pandemi Covid-19 ini sejak April 2020. Di mana jika wabah bisa menurun, maka angka reproduksi efektif (Rt) harus bisa dikendalikan.

Nah, saat ini, angka (Rt) di Indonesia masih berada pada angka 1,2. Agar wabah bisa dikendalikan, maka angka (Rt) Indonesia harus menyentuh 0,9.

Jika angka (Rt) Indonesia menyentuh 0,9, maka penularan kasus baru bisa dikendalikan. Kondisi itu kemungkinan terjadi pada September tahun ini.

Penting diingat, dalam rangka untuk mengendalikan wabah pada September 2021, melansir CNBC Indonesia (9/2/2021), ada beberapa asumsi dan parameter yang harus diperhatikan, terutama dalam melakukan vaksinasi.

Parameternya dari vaksin misalnya, efektivitas vaksin harus mencapai 65%, dengan dua dosis suntikan dengan jeda 14 hari, dan efek perlindungan optimal tercapai 14 hari setelah vaksin kedua.

Baca Juga: Secretome Dari Tali Pusat Manusia Booster Vaksin Sinovac yang Digunakan Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Ini Manfaatnya

Kemudian, jumlah orang yang perlu divaksinasi sebanyak 70,98 juta orang, dengan jumlah pemberian vaksin sebanyak 141,96 juta suntikan, dan jumlah vaksinasi per hari harus mencapai 930 ribu suntikan.

Pada kesempatan lain, mengutip Pantau.com (2/9/2021), “Efikasi vaksin itu rata-rata berkurang karena adanya varian Delta. Ke depan kita upayakan mendapatkan vaksin yang mempunyai efikasi tinggi.”

Hal itu diutarakan langsung oleh Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Subandi, dalam Bincang Santai dengan Media di Jakarta, Kamis (2/9/2021).

Masih menurut Subandi, vaksin dengan efikasi tinggi tersebut diantaranya adalah vaksin Moderna, Pfizer, Janssen, dan Astrazeneca.

Baca Juga: Ngeles saat Ditanya Sensasi Sabu di Kulit, Polisi Sebut Coki Pardede Kecanduan Narkoba setelah Berhenti Konsumsi 5 Bulan Lalu

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa vaksin lain yang telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia bukan berarti tidak bermanfaat.

Tetap terbukti efektif mengurangi severity atau hospitalisasi.

“Kita berusaha menggunakan vaksin yang ada dulu, karena vaksin yang ada ini mengurangi tingkat keparahan penyakitnya dan keparahan di rumah sakit,” ujar Subandi.

Selain itu, sebagai bagian dari pelaksanaan vaksin yang seluas-luasnya, Bappenas akan terus mendukung riset vaksin untuk mengantisipasi mutasi virus dan ketersediaan vaksin dalam negeri, serta mengontrol penyediaan vaksin untuk mengantisipasi dan transisi menjadi endemi.

Baca Juga: Pengguna Narkoba Bisa Kecanduan Meski Mengonsumsi Sabu Sedikit

Disampaikan juga. “3M dan 2M itu harus dilaksanakan karena kasus di Israel sudah melakukan vaksinasi yang massif tapi mereka menghadapi gelombang ketiga. Masker dengan efikasi yang tinggi menjadi penting dan upaya ini harus tetap dilakukan,” jelas Subandi.

Dalam kesmepatan yang asama, Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa menekankan tugas utama saat ini adalah mengatasi pandemi, agar outlook sasaran pembangunan dan target pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

“Penanganan pandemi tidak saja hanya dengan prokes social distancing dan masker, tetapi harus diiringi dengan program vaksinasi massal,” jelasnya menegaskan.

Menurutnya social distancing dan masker tidak menimbulkan kekebalan, tetapi hanya membantu mencegah infeksi.

Sehingga vaksinasi merupakan game changer utama dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan mencapai herd immunity.

“Dalam kondisi apapun, vaksinasi merupakan game changer utama yang lebih permanen,” ujar Suharso.(*)

Baca Juga: Obat Selesma Tidak Ada, Cukup Istirahat dan Banyak Minum, Kata Dokter