GridHEALTH.id - Menjaga jarak 2 meter ternyata tidak cukup untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19) di dalam ruangan.
Hal ini terungkap dari hasil kajian dari para peneliti di Departemen Teknik Arsitektur Penn State, Amerika Serikat, seperti dilansir dari TribunWow (16/9/2021).
Para peneliti menyebut jika jarak 2 meter mungkin tidak cukup untuk mencegah penularan aerosol di udara, terlebih di ruangan berventilasi buruk.
"Kami mulai mengeksplorasi transportasi udara partikel sarat virus yang dilepaskan dari orang yang terinfeksi di gedung-gedung," kata Gen Pei, penulis pertama dan mahasiswa doktoral di Penn State.
"Kami menyelidiki efek dari ventilasi gedung dan jarak fisik sebagai strategi pengendalian untuk paparan virus di udara di dalam ruangan."
Ada beberapa faktor yang dikaji dalam penelitian tersebut.
Seperti jumlah dan laju udara yang berventilasi melalui ruang, pola aliran udara dalam ruangan yang terkait dengan strategi ventilasi yang berbeda, dan mode emisi aerosol pernapasan ketika berbicara.
Baca Juga: Usai Dipuji WHO, Menkes Budi Siap Jadikan Indonesia Pusat Global Pembuatan Vaksin Covid-19 mRNA
Mereka juga membandingkan pengangkutan gas pelacak, yang biasanya digunakan untuk menguji kebocoran dalam sistem kedap udara, dan aerosol pernapasan manusia dengan ukuran mulai dari satu hingga 10 mikrometer.
Aerosol dalam kisaran ini yang diketahui dapat membawa Virus Corona.
"Hasil penelitian kami mengungkapkan bahwa partikel bermuatan virus dari orang yang terinfeksi dan berbicara tanpa masker dapat dengan cepat melakukan perjalanan ke zona pernapasan orang lain dalam satu menit, bahkan dengan jarak dua meter," kata Donghyun Rim, penulis korespondensi dan profesor teknik arsitektur.
Tren ini terlihat di ruangan tanpa ventilasi yang cukup.
Ini menjelaskan mengapa pasien isolasi mandiri perlu dianjurkan berada di dalam rumah dengan ventilasi yang baik.
"Hasilnya menunjukkan bahwa jarak fisik saja tidak cukup untuk mencegah paparan aerosol yang dihembuskan oleh manusia dan harus diterapkan dengan strategi kontrol lain seperti masker dan ventilasi yang memadai."
Baca Juga: Tanpa Operasi, Pecah Pembuluh Darah Otak Bisa Ditangani Dengan Cerebral Flow Diverter
Para peneliti menemukan bahwa aerosol bergerak lebih jauh dan lebih cepat di ruangan dengan ventilasi terpusat di langit-langit.
Itu merupakan jenis ventilasi yang menggunakan mesin penghirup udara yang biasanya di pasang dilangit-langit
Di mana udara segar akan mengalir dari lantai dan mendorong udara lama ke lubang pembuangan di dekat langit-langit.
Ini adalah jenis sistem ventilasi yang dipasang di sebagian besar rumah tempat tinggal.
Ventilasi seperti itu dapat mengakibatkan konsentrasi aerosol virus pada zona pernapasan manusia tujuh kali lebih tinggi daripada sistem ventilasi mode campuran.
Banyak bangunan komersial menggunakan sistem mode campuran, yaitu menggunakan penghisap udara dan masih mengandalkan ventilasi alami seperti jendela.
Artinya mereka menggabungkan udara luar untuk mencairkan udara dalam ruangan dan menghasilkan integrasi udara yang lebih baik dan konsentrasi aerosol yang diperkeras.
"Ini adalah salah satu hasil yang mengejutkan, kemungkinan infeksi melalui udara bisa jauh lebih tinggi untuk lingkungan perumahan daripada lingkungan kantor," kata Rim.
"Namun, di lingkungan perumahan, mengoperasikan kipas mekanis dan pembersih udara (sepeti HEPA filter) yang berdiri sendiri dapat membantu mengurangi kemungkinan infeksi."
Menurut Rim, meningkatkan ventilasi dan tingkat pencampuran udara dapat secara efektif mengurangi jarak transmisi dan potensi akumulasi aerosol yang dihembuskan.
Tetapi ventilasi dan jarak hanyalah dua pilihan dalam banyaknya teknik perlindungan
Seperti mengenakan masker, menghindari kerumunan, dan mendapat vaksinasi Covid-19.
Pasien isolasi mandiri juga dianjurkan untuk tidak berpapasan dan berinteraksi dengan berhadap-hadapan dengan orang yang sehat.
"Strategi pengendalian infeksi melalui udara seperti jarak fisik, ventilasi dan pemakaian masker harus dipertimbangkan bersama untuk pengendalian berlapis," kata Rim.
Para peneliti sekarang menerapkan teknik analisis ini ke berbagai ruang yang ditempati, termasuk ruang kelas dan lingkungan transportasi.(*)
Baca Juga: Inilah Panduan Isolasi Mandiri bagi Bayi Baru Lahir Positif Covid-19
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Artikel ini telah tayang di TribunWow dengan judul Waspada saat Isolasi Mandiri, Studi Sebut Jarak 2 Meter Tidak Cukup untuk Hindari Penularan Covid-19