GridHEALTH.id - Setiap hari manusia akan buang air kecil.
Air yang keluar saat buang air kecil alias BAK adalah urin.
Urin berasal dari sisa hasil metabolisme sel-sel yang ada pada tubuh manusia.
Sisa hasil metabolisme tersebut masuk kedalam aliran darah yang akan dibawa masuk ke ginjal dan disaring oleh ginjal.
Selanjutnya dibawa melalui ureter melalui kandung kemih dan dikeluarkan melalui uretra, dan zat sisa tersebut dikeluarkan berupa air kencing atau urine.
Di dalam urin terkandung beberapa zat; air, empedu, garam, urea, asam urat, amonia, obat-obatan, asam klorida, sodium, gula, nitrogen, pottasium, fosfor, asam sulfat dan kreatinin.
Untuk diketahui, kandungan empedu yang terdapat pada urin merupakan hasil dari perombakan sel darah merah di hati yang menyebabkan warna kuning pada urine.
Baca Juga: 4 Manfaat Avokad untuk Kesehatan Rambut, Berkilau dan Lembut Sepanjang Hari
Adapun garam pada urin dikeluarkan agar konsentrasi garam di dalam darah tetap stabil.
Sedangkan kandungan urea, asam urat dan amonia merupakan hasil dari perombakan protein, amonia yang memberikan bau yang khas pada urine.
Sisa obat-obatan juga akan dibuang bersama dengan urin, hal ini dilakukan agar obat-obatan tersebut tidak menjadi racun yang akan merusak tubuh.
Kandungan gula pada urin hanya ditemukan pada penderita diabetes dan tidak ditemukan pada urine orang yang sehat, untuk itulah perlunya dilakukan pemeriksaan untuk memeriksa apakah terdapat kandungan gula pada urin.
Jika seseorang sehat, urine yang keluar saaat BAK tidak akan menimbilkan keluhan apapun.
Baca Juga: Campuran 3 Bahan Alami Murah Meriah Untuk Wajah Putih Bercahaya Bebas Jerawat
Nah, jika saat BAK kita mengeluh sakit, tidak nyaman, warna urine merah, air seni tidak cair seperti biasanya, jangan disepelekan. Sebab bisa jadi itu gejala penyakit serius.
1. Hematuria
Hematuria, juga dikenal sebagai hematuria, adalah suatu kondisi di mana sejumlah besar sel darah merah bercampur dalam urin.
Hematuria dapat dibagi menjadi dua jenis: hematuria yang terlihat dengan mata telanjang, disebut gross hematuria, dan hematuria yang hanya dapat dilihat di bawah mikroskop, disebut mikroskopis hematuria.
Hematuria tanpa rasa sakit secara keseluruhan adalah gejala paling khas dari kanker kandung kemih.
Baca Juga: 4 Ikan Berlemak Tinggi yang yang Dianjurkan untuk Penderita Diabetes
Menurut statistik klinis, lebih dari 80% pasien kanker kandung kemih akan mengalami hematuria tanpa rasa sakit, di mana 17% pasien dengan hematuria berat, 15% pasien mungkin mengalami hematuria mikroskopis dini.
Dalam beberapa kasus, pasien tidak hanya mengeluarkan darah, tetapi juga gumpalan darah dan jaringan seperti daging yang membusuk dalam urin.
2. Poliuria, urgensi.
Dalam kebanyakan kasus, poliuria, urgensi, dan disuria berhubungan dengan faktor-faktor seperti infeksi saluran kemih akut dan penyakit prostat.
Jika gejala ini berulang untuk waktu yang lama dan tidak membaik dengan pengobatan, kemungkinan besar ini adalah tanda kanker kandung kemih.
Apalagi setelah munculnya karsinoma in situ dan karsinoma invasif, yang tersebar luas di kandung kemih, akan merusak dan mengiritasi segitiga kandung kemih.
Sehingga pasien merasakan nyeri terbakar di saluran kemih dan merasakannya saat BAK.
3. Obstruksi saluran kemih
Ini adalah salah satu penyumbatan yang terjadi pada pangkal kandung kemih.
Seseorang dengan kondisi ini akan mengalami pengurangan bahkan adanya penghentian aliran urine ke uretra.
Keadaan ini, melansir pusat pelayanan urologi Rumah Sakit khusus bedah An Nur, bisa menyebabkan menyebabkan atrofi dan apoptosis tubulus renal dan fibrosis interstisial dengan infiltrasi ruang interstisial dan makrofag.
Baca Juga: Ini Alasan Pria Wajib Jaga Kesehatan Reproduksi Sebelum Mempersiapkan Kehamilan Pasangan
Perubahan ini dapat menyebabkan penurunan reabsorpsi solut dan air, ketidak mampuan untuk mengkonsetrasikan urin dan gangguan eksresi hidrogen dan kalium. Apabila dibiarkan, nefropati obstruktif dapat menyebabkan kerusakan ginjal ireversibel.
Kondisi ini sering terjadi pada seseorang yang telah memasuki usia lanjut.
Terapi Uropati Obstruktif
• Obstruksi harus dibebaskan sesuai indikasi dari lokasi obstruksi. • Uropati obstruktif dengan komplikasi Gangguan ginjal akut dan hiperkalemia memerlukan intervensi segera. • Obstruksi muara buli atau bladder outlet dapat dibebaskan dengan pemasangan kateter transuretra atau suprapubik.
Baca Juga: 5 Hal Ini Jangan Sekali-kali Dilakukan Saat Perut Kosong, Bisa Fatal Akibatnya • Obstruksi ureter dapat dibebaskan dengan sistoskopi dengan retrograde ureteroscopy dan pemasangan stent, atau dengan nefrostomi perkutan. • Batu saluran kemih dengan ukuran kurang dari 5-6 mm biasanya dapat keluar spontan dan dapat hanya diobservasi. Pasien seperti ini dapat diberikan asupan cairan yang banyak dan obat analgetik. • Beberapa intervensi medis dilaporkan dapat membantu keluarnya batu ureter seperti obat antispasmodik, calcium channel blocker (nifedipin), dan kombinasi steroid.
Batu saluran kemih lebih dari 7 mm kemungkinan untuk keluar secara spontan kecil.
Baca Juga: Dermatitis Atopik Bikin Bayi Rewel, Lakukan Perawatan Rumahan Ini
Batu pada ureter dapat dilakukan ekstraksi batu dengan ureterorenoskopi (URS). Extracorporeal shock wave lithotripsi (ESWL) juga dapat dilakukan. • Beberapa pasien memerlukan kateterisasi lansung intermiten atau pemasangan kateter Foley kronik. Teknik yang baik harus digunakan untuk mencegah infeksi saluran kemih. Sebisa mungkin terapi definitif sebaiknya dilakukan untuk mengurangi penggunaan kateter.
4. Sakit saat buang air
Ada dua kasus yang menyebabkan pasien kanker kandung kemih mengalami nyeri saat buang air kecil.
Pertama adalah bahwa kanker kandung kemih berhubungan dengan infeksi dan menyebabkan sistitis kronis.
Kedua adalah kanker stadium lanjut yang mulai menyerang jaringan dan organ di sekitar kandung kemih, atau kadang-kadang dengan metastasis kelenjar getah bening panggul, menyebabkan nyeri abnormal pada kandung kemih, fistula uretra-vagina, edema ekstremitas bawah dan beberapa masalah lainnya.(*)