WHO terakhir kali mengeluarkan pedoman kualitas udara atau AQGs pada 2005 lalu, yang memiliki dampak signifikan pada kebijakan pengurangan polusi di seluruh dunia.
Namun, lembaga yang berbasis di Jenewa Swiss ini mengatakan dalam kurun waktu 16 tahun sejak saat itu bahwa bukti yang jauh lebih kuat telah muncul.
Bukti tersebut menunjukkan bagaimana polusi udara berdampak pada kesehatan, dibandingkan yang telah dipahami sebelumnya.
"Bukti yang terkumpul ini cukup untuk membenarkan tindakan untuk mengurangi paparan populasi terhadap polutan udara utama, tidak hanya di negara atau wilayah tertentu saja, namun juga dalam skala global," kata WHO.
Sementara itu ditilik dari sisi medis polusi udara yangburuk memang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Dilansir dari nationalgeographic.org, orang mengalami berbagai efek kesehatan dari terpapar polusi udara.
Efek dapat dipecah menjadi efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Efek jangka pendek, yang bersifat sementara, termasuk penyakit seperti pneumonia atau bronkitis.
Mereka juga termasuk ketidaknyamanan seperti iritasi pada hidung, tenggorokan, mata, atau kulit. Polusi udara juga dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, dan mual.
Bau busuk yang dibuat oleh pabrik, sampah, atau sistem saluran pembuangan juga dianggap sebagai polusi udara. Bau ini kurang serius tetapi tetap tidak menyenangkan.
Efek jangka panjang dari polusi udara dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Mereka bahkan dapat menyebabkan kematian seseorang.
Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya Diumumkan, Polusi Udara Menyebabkan Kematian