Find Us On Social Media :

Kekebalan Hibrida, Jalan Keluar Rasional dari Pandemi Covid-19

Kekebalan hibrida mampu melindungi dari segela serangan varian virus corona.

Timnya menemukan bahwa beberapa sel memori B dari penerima vaksin naif dapat mengenali Beta dan Delta, dua bulan setelah vaksinasi.

“Ketika kita meningkatkan kumpulan ini, dapat dengan jelas membayangkan akan menghasilkan antibodi penetral yang kuat terhadap varian,” kata Mahévas.

Memperpanjang interval antara dosis vaksin juga bisa meniru aspek kekebalan hibrida.

Mungkin karena itu pula pada 2021, di tengah persediaan vaksin yang langka dan lonjakan kasus, pejabat di provinsi Quebec Kanada merekomendasikan interval 16 minggu antara dosis pertama dan kedua (sejak dikurangi menjadi 8 minggu).

Dari sbeuah hasil penelitian, sebuah tim yang dipimpin oleh Andrés Finzi, seorang ahli virologi di Universitas Montreal, Kanada, menemukan bahwa orang yang menerima rejimen ini memiliki tingkat antibodi SARS-CoV-2 yang serupa dengan orang dengan kekebalan hibrida.

Baca Juga: Kabar Baik Pandemi Covid-19, Bulan Ini Cakupan Vaksinasi Covid-19 Indonesia Tembus 100 Juta Orang

Antibodi ini dapat menetralkan varian SARS-CoV-2 – serta virus di balik epidemi SARS 2002–04.

“Kami dapat membawa orang yang naif ke tingkat yang hampir sama dengan yang sebelumnya terinfeksi dan divaksinasi, yang merupakan standar emas kami,” kata Finzi.

Memahami mekanisme di balik kekebalan hibrida akan menjadi kunci untuk menirunya, kata para ilmuwan.

Studi terbaru tersebut berfokus pada respons antibodi yang dibuat oleh sel B, dan kemungkinan respons sel T terhadap vaksinasi dan infeksi berperilaku berbeda.

Infeksi alami juga memicu respons terhadap protein virus selain lonjakan — target sebagian besar vaksin.

Baca Juga: Salah Satu Tanda Prediabetes Bisa Dilihat Pada Kulit, Ini Ciri-cirinya