GridHEALTH.id - Saat kasus Covid-19 di Indonesia melandai, begitu juga dengan angka kematian yang terus menurun, tetiba saja pemberitaan dihebohkan dengan varian delta plus AY.4.2.
Diketahui, menurut laporan 15 Oktober dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris., irus corona varian baru, Delta Plus AY.4 menjadi mutasi varian Delta yang dominan di sana.
Baca Juga: Healthy Move, 9 Alasan Mengapa Olahraga Lari Bisa Jadi Pilihan
Sementara itu Di Amerika sendiri, varian AY-alias varian Delta-didaftarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) sebagai varian yang menjadi perhatian.
Itu berarti ada bukti bahwa varian ini mungkin lebih menular dan menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada SARS-CoV-2 asli (virus yang menyebabkan COVID-19).
Mereka juga mungkin lebih mampu menghindari perlindungan dari vaksin dan perawatan yang ada.
Juli lalu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut gejala corona varian delta plus kemungkinan tak berbeda dengan varian lain Covid-19 yang lebih dulu terdeteksi.
Gejala Umum Infeksi Virus Corona Varian Delta Plus AY.4.2
Baca Juga: Wagub DKI Pastikan PPKM Jakarta Turun dari Level 3 ke Level 2
Namun, gejala umum yang timbul, melansir CNN Indonesia (21/10/2021), misalnya batuk dan pilek, pada varian delta plus disebut terlihat lebih jelas dan intensitas waktunya lebih lama.
"Gejalanya semua varian hampir sama cuma seperti delta atau kappa atau delta plus ini karena kemungkinan ya gejalanya lebih jelas," kata Dicky.
Tak hanya itu, virus corona varian delta plus ini disebut dapat membuat pasien menderita gejala dengan intensitas waktu yang lebih lama.
"Demam batuknya mungkin bisa lebih lama, tidak berhenti-berhenti. Manifestasi gejala klinisnya lebih jelas tapi memang tidak berbeda dengan varian lainnya. Hanya lebih jelas. Kemungkinan Delta Plus seperti itu," jelas Dicky.
Baca Juga: Rekomendasi Olahraga Bagi Penyandang Diabetes dan Tips Aman Melakukannya
Untuk diketahui, varian Delta Plus AY.4.2 ini adalah kebarat baru dari varian Delta dari India, B.1.617.2.
Walau baru teridentifikasi pada Juli 2021, sejauh ini, tidak ada indikasi bahwa itu secara signifikan lebih menular sebagai akibat dari perubahan ini.
Meskidemikian para ahli kini sedang mempelajarinya dengan cermat.
Varian Delta baru AY.4.2 Tidak Termasuk Varian yang Menjadi Perhatian
Hingga saat ini varian Delta baru ini, AY.4.2, melansir BBC News (20/10/2021), belum dikategorikan sebagai varian yang menjadi perhatian, atau varian yang sedang diselidiki.
Varian yang menjadi perhatian saat ini meliputi:
* Alpha (B.1.1.7), pertama kali diidentifikasi di Inggris tetapi menyebar ke lebih dari 50 negara
* Beta (B.1.351), pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan tetapi telah terdeteksi di setidaknya 20 negara lain, termasuk Inggris.
Baca Juga: Hari Osteoporosis Sedunia, 6 Cara Mencegah Pengeroposan Tulang
* Gamma (P.1), pertama kali diidentifikasi di Brasil tetapi telah menyebar ke lebih dari 10 negara lain, termasuk Inggris.
Ketahuilah, virus bermutasi sepanjang waktu dan sebagian besar perubahan tidak penting.
Beberapa bahkan membahayakan virus. Tetapi yang lain dapat membuat penyakit lebih menular atau mengancam - dan mutasi ini cenderung mendominasi.
Prihal selalu bermutasinya virus corona, mengutip Johns Hopkins Medicine pada artikel 'COVID Variants: What You Should Know' disebutkan itu adalah sifat virus RNA, seperti virus corona untuk berevolusi dan berubah secara bertahap.
“Pemisahan geografis cenderung menghasilkan varian yang berbeda secara genetik,” katanya.
Mutasi Virus Hal Biasa
Baca Juga: Mereka yang Kecanduan Narkoba Lebih Berisiko Mengalami Infeksi Terobosan Covid-19, Studi
Mutasi pada virus — termasuk virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19 — bukanlah hal baru atau tidak terduga. Bollinger menjelaskan: “Semua virus RNA bermutasi dari waktu ke waktu, beberapa lebih dari yang lain. Misalnya, virus flu sering berubah, itulah sebabnya dokter menyarankan Anda mendapatkan vaksin flu baru setiap tahun."
Delta dengan cepat menjadi varian dominan dari virus SARS-CoV-2 di AS pada tahun 2021. Varian delta SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, sekarang ada di sebagian besar negara di mana SARS-CoV-2 beredar, dan orang-orang yang bepergian secara internasional kemungkinan besar akan menemukannya.
Akankah ada lebih banyak varian virus corona baru?
Ya. Selama coronavirus menyebar melalui populasi, mutasi akan terus terjadi, dan keluarga varian delta terus berkembang.
“Varian baru virus SARS-CoV-2 terdeteksi setiap minggu,” kata papar Stuart Ray, M.D, salah seorang pakar yang menulis artikel.
Baca Juga: Aneka Kesalahan Mengejan Saat Melahirkan Normal yang Harus Dihindari
“Sebagian besar datang dan pergi — beberapa bertahan tetapi tidak menjadi lebih umum; beberapa peningkatan populasi untuk sementara waktu, dan kemudian gagal. Ketika perubahan pola infeksi pertama kali muncul, akan sangat sulit untuk mengetahui apa yang mendorong tren tersebut — perubahan pada virus, atau perubahan perilaku manusia.
Sementara itu Robert Bollinger, M.D., M.P.H, pada tulisan yang sama menyampaikan sampai sekarang, tidak ada varian virus corona baru yang memerlukan strategi pencegahan baru.
“Kita perlu terus melakukan tindakan pencegahan dasar yang kita tahu berfungsi untuk menghentikan penyebaran virus,” katanya.
Ray pun sependapat, “Belum ada demonstrasi bahwa varian ini secara biologis berbeda dengan cara yang memerlukan perubahan dalam rekomendasi saat ini yang dimaksudkan untuk membatasi penyebaran COVID-19,” katanya.
Baca Juga: Saat Hamil Menjadi Pelupa Wajar, Alasannya Adalah Karena Aneka Hal Ini
“Meskipun demikian, kita harus terus mewaspadai fenomena seperti itu. Untuk saat ini, semakin besar penularan yang kita lihat berarti kita harus melipatgandakan upaya kita menggunakan alat pencegahan yang kita miliki dalam pendekatan berlapis-lapis.”
Karenanya menurut Ray vaksinasi dan perilaku manusia adalah penting. “Sangat mengejutkan untuk dicatat bahwa mayoritas kematian COVID-19 sekarang terjadi pada orang yang tidak divaksinasi, bahkan ketika kebanyakan orang dewasa di AS telah divaksinasi,” katanya.
“Semakin banyak orang yang tidak divaksinasi dan terinfeksi, semakin besar kemungkinan terjadinya mutasi. Membatasi penyebaran virus dengan menjaga perlindungan COVID-19 (memakai masker, menjaga jarak fisik, mempraktikkan kebersihan tangan, dan mendapatkan vaksinasi) memberi virus lebih sedikit peluang untuk berubah. Ini juga mengurangi penyebaran varian yang lebih menular, jika memang terjadi.
“Vaksin adalah keajaiban medis 2020, tetapi kita perlu menekankan kembali langkah-langkah dasar kesehatan masyarakat, termasuk masker, jarak fisik, ventilasi yang baik di dalam ruangan dan membatasi pertemuan orang-orang di dekat dengan ventilasi yang buruk. Kami memberi virus keuntungan untuk berkembang ketika kami berkumpul di ruang yang lebih terbatas, ”katanya.(*)
Baca Juga: Tahukah, Kenapa Ibu Hamil Ngidam Makanan Pada Trimester Pertama dan Kedua?