GridHEALTH.id - Asma adalah kondisi ketika saluran udara menyempit dan membengkak, sehingga menghasilkan lendir ekstra.
Asma bisa terjadi pada usia berapapun, baik orang dewasa, anak-anak, hingga bayi.
Baca Juga: Gejala dan Penanganan Bronkiolits, Infeksi Pernapasan yang Sering Terjadi Pada Bayi
Melansir Asthma and Allergy Foundation of America, bayi yang anggota keluarganya ada riwayat asma atau alergi, memiliki risiko terkena asma pada awal kehidupannya.
Ibu yang masih aktif merokok saat hamil, anaknya pun berisiko asma.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang memicu terjadinya asma pada bayi dan anak-anak. Dilansir dari Mayo Clinic, sensitivitas sistem kekebalan yang meningkat menyebabkan paru-paru dan saluran udara membengkak, sehingga menghasilkan lendir saat terpapar pemicu tersebut.
Baca Juga: Anak Dengan Alergi Susu Sapi Berisiko Alami Stunting, Ini yang Harus Dilakukan
Pemicu asma pada bayi dan anak-anak sangat beragam, di antaranya adalah:
- Infeksi virus seperti flu biasa.
- Paparan polusi udara, seperti asap rokok.
- Alergi terhadap debu, bulu hewan peliharaan, serbuk sari atau jamur.
- Aktivitas fisik yang dilakukannya.
- Perubahan cuaca atau udara dingin.
Penting diketahui, asma pada bayi dan orang dewasa memiliki perbedaan. Ini karena saat masih bayi dan balita, saluran udaranya jauh lebih kecil dibandingkan anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Saluran udara yang sangat kecil itu bahkan menyebabkan penyumbatan kecil yang disebabkan oleh infeksi virus dan lendir berlebih, bisa membuat bayi sulit bernapas.
Baca Juga: Gejala Otitis Media Pada Anak dan Orang Dewasa Munculnya Cepat, Ini yang Haru
Beda Asma Bayi dan Dewasa
Asma pada bayi biasanya akan menunjukkan gejala yang beragam dan bisa diperhatikan oleh orang tua.
1. Butuh usaha lebih untuk bernapas (menyebabkan lubang hidung melebar, kulit terisap di anatra tulang rusuk atau tulang dada, serta gerakan perut berlebihan).
2. Terengah-engah saat sedang bermain atau melakukan aktivitas normal lainnya.
3. Batuk terus menerus.
4. Sulit untuk minum susu atau makan.
5. Kelelahan, sehingga tidak tertarik pada aktivitas yang biasanya membuat dia senang.
6. Sianosis, perubahan warna jaringan pada selaput lendir (bibir dan sekitar mata) dan ujung jari atau dasar kuku yang menjadi lebih keabu-abuan.
Baca Juga: Terungkap, Rahasia Kekebalan Anak-anak Terhadap Infeksi Covid-19
Sulit melakukan deteksi dini asma pada bayi, karena mereka belum bisa berbicara dnegan baik dan menggambarkan perasaannya.
Bayi baisanya hanya akan rewel, saat menunjukkan rasa tidak nyaman. Ini membuat orangtua harus lebih aktif memberitahu dokter mengenai riwayat asma atau alergi di keluarga, perilaku bayi, dan pola bernapas mereka sehari-hari.(*)