Find Us On Social Media :

Varian Omicron Sebabkan Reinfeksi Pada Mantan Penyintas Covid-19, Terbentuk dari 32 Mutasi Virus Corona

Riska selaku penyintas covid-19 yang mampu sembuh setelah menjalani isoman selama satu bulan lamanya menunjukan tanda negatif hasil PCR. Tapi dirinya menjadi berisiko terpapar varian Omicron.

GridHEALTH.id - Prihal bvarian Omicron yang saat sedang membuat penduduk bumi gelisah, hasil identifikasi yang dilakukan WHO menemukan setidaknya ada 32 mutasi virus Corona yang menciptakan varian baru B.1.1.529 atau Omicron ini.

Dalam catatan WHO, varian Omicron ini memiliki kemampuan penularan yang lebih tinggi dan bisa menyebabkan reinfeksi pasien yang sebelumnya pernah terpapar Covid-19.

WHO menyatakan, orang yang sebelumnya pernah memiliki riwayat positif Covid-19 dapat lebih mudah terinfeksi ulang oleh Omicron dibandingkan varian lainnya. Meski begitu, data yang tersedia mengenai hal ini masih sangat terbatas.

Reinfeksi Covid-19 terjadi ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona, di kemudian hari terinfeksi lagi oleh varian yang berbeda.

Reinfeksi berbeda dengan repositif atau reaktivasi virus, yakni kondisi ketika virus corona yang masih tersisa di tubuh menginfeksi orang itu lagi. Artinya, infeksi disebabkan oleh virus dengan struktur yang sama.

Baca Juga: Varian Omicron Berkaitan dengan Infeksi HIV, Awal Mewabah Gegara Masker Berkatup

Untuk membedakan antara reinfeksi dan repositif/reaktivasi, harus ada pengambilan sampel untuk mengurutkan genome virus.

Sampel berasal dari tes pada kasus positif yang pertama dan kedua. Peneliti mengurutkan kedua sampel itu dan membandingkannya untuk mengetahui apakah ada kesamaan struktur atau varian. Bila berbeda, berarti pasien mengalami reinfeksi Covid-19.

Sebuah penelitian di Nuffield Department of Medicine di University of Oxford, Amerika Serikat, menemukan banyak kasus reinfeksi Covid-19 kemungkinan besar adalah repositif.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Sebabkan Penyakit yang Bisa Dicegah Imunisasi Berisiko Bermunculan Kembali

Sebab, virus corona bisa menyebabkan infeksi dalam waktu lama dan struktur genomenya membuat virus mampu bertahan di dalam tubuh. Virus ini pun bisa tak terdeteksi dalam tes Covid-19 yang ada dan siap untuk menyerang sekali lagi.

Varian Omicron ini selain bisa sebabkan reinfeksi, juga, "ditemukan adanya pengaruh pada penurunan efikasi dari vaksin Covid-19," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan video (28/11/2021).

Tapi kabar baiknya menurut Nadia varian baru Omicron ini yakni masih sensitif terhadap pemeriksaan PCR.

Baca Juga: Cara Perawatan Luka Bakar di Rumah yang Benar dan Tepat, Cukup Lakukan 7 Hal Ini

Prihal tingkat keparahan dari infeksi varian Omicron, WHO telah menegaskan bahwa virus memiliki penularan "tinggi".

Para peneliti masih perlu mengungkap seberapa virulen omicron atau seberapa buruk varian Omicron bisa membahayakan manusia.

Masih perlu waktu untuk mengetahui apakah vaksin yang ada dapat melindungi terhadap omicron seperti halnya untuk varian lain.

Selain itu, "Belum jelas apakah infeksi omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan infeksi dengan varian lain, termasuk delta," demikian pernyataan WHO, dilansir Express.co.uk, Senin (29/11).

Baca Juga: 7 Gejala Utama Blefaritis, Peradangan yang Bikin Kelopak Mata Bengkak

Pastinya saat ini yang terjadi, ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan. Tetapi ini mungkin karena meningkatnya jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik dengan omicron.

Tingginya kasus Covid-19 di Afrika Selatan juga terkait dengan belum tingginya cakupan vaksinasi.

Saat ini, tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan omicron berbeda dari varian lain.(*)

Baca Juga: Awalnya Sesak Napas dan Kesulitan Untuk Tidur, Bens Leo Meninggal Dunia Hari Ini karena Covid-19?